Rabu, 28 Agustus 2013

SEJARAH PERKEMBANGAN PELAYANAN DAN PENDIDIKAN KEBIDANAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL

Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Luar Negeri (Australia)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Bidan adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan program pendidikan kebidanan yang diakui oleh negara dan memenuhi kualifikasi untuk daftar serta memiliki izin yang sah untuk menjalankan praktek kebidanan.
Profesi kebidanan adalah salah satu profesi yang sudah diakui di Dunia Internasional sebagai profesi yang paling dekat dengan perempuan selama siklus kehidupannya. Sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan bidan memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan kebidanan yaitu kesehatan reproduksi kepada perempuan, remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bersalin, nifas, masa interval, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir , anak balita dan prasekolah. Selain itu bidan juga berwenang untuk memberikan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan masyarakat.
Perkembangan peleyanan dan pendidikan kebidanaan nasional dan internasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan pelayanan.
Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan mordibitas pada wanita hamil, dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%.
Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambh ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
1.2        Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah perkembangan pelayanan kebidanan di Australia?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan kebidanan di Australia?

1.3       Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan dua metode. Pertama metode deskripsi dengan menentukan hal-hal yang hendak diamati dan kedua metode komparatif dengan membanding satu dengan yang lainnya.
1.4       Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan agar masyarakat lebih mempelajari dan memahami sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan yang terjadi dalam lingkup internasional.
1.5       Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini pembahasan hanya difokuskan terhadap sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di Australia.
















BAB II
ISI

2.1       Pelayanan Bidan di Australia
Florence Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang dimulai dengan tradisi dan latihan-latihan pada abad 19. Tahun 1824 kebidanan masih belum dikenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia, kebidanan masih didominasi oleh profesi dokter.
Pendidikan bidan pertama kali di Australia dimulai pada tahun 1862. Lulusan itu dibekali dengan pengetahuan teori dan praktek. Pendidikan diploma kebidanan dimulai tahun 1893. Dan sejak itu tahun 1899 hanya bidan sekaligus perawat yang telah terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit.
Sebagian besar wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh masyarakat. Ketidakseimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi berkembang dengan cepat. Hal ini menyebabkan banyak wanita hamil diluar nikah dan jarang mereka dapat memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter karena pengaruh sosial mereka atau pada komunitas yang terbatas, meskipun demikian di Australia bian tidak bekerja sebagai perawat, mereka bekerja sebagaimana layaknya seorang bidan. Pendapat bahwa seseorang bidan harus reflek menjadi perawat dan program pendidikan serta prakteknya anyak dibuka di beberapa tempat dan umumnya disediakan oleh non bidan.
2.2       Pendidikan Kebidanan di Australia
Kebidanan di Australia telah mengalami perkembangan yang pesat sejak 10 tahun terakhir. Dasar pendidikan telah berubah dari tradisional hospital base programme menjadi tertiary course of studies menyesuaikan kebutuhan pelayanan dari masyarakat. Tidak semua institusi pendidikan kebidanan di Australia telah melaksanakan perubahan ini, beberapa masih menggunakan program yang berorientasi pada rumah sakit. Kurikulum pendidikan disusun oleh staf akademik. Berdasarkan kebidanan di Australia hampir sama dengan pelaksanaan pendidikan bidan di Indonesia. Belum ada persamaan persepsi mengenai pengimplementasian kuikulum pada masing-masing institusi, sehingga lulusan bidan mempunyai kompetensi klinik yang berbeda tengantung pada institusi pendidikannya. Hal ini ditambah dengan kurangnya kebijaksanaan formal dan tidak adanya standart nasional menurut National Review Of Nurse Education 1994, tidak ada direct entry.
Pada tahun 1913 sebanyak 30% persalinan di tolog oleh bidan. Meskipun ada peningkatan jumlah dokter yanh menangani persalinan antar tahun 1900-1940, tidak ada penurunan yang berarti pada angka kematian ibu dan bidanlah yng selalu disalahkan akan hal itu. Kenyataannya wanita jelas menengah keatas yang ditangani oleh dokter dalm persalinan mempunyai resiko infeksi yang lebih besar daripada wanita miskin yang ditangani oleh bidan.
2.3       Masalah Profesional
Tugas pertama yang sulit adalah meneliti kembali nama bidan itu sendiri, itu tidak sama dengan ketika latihan dalam praktek kebidanan. Bidan sangat penting di pelayanan kesehatan sejak Perang Dunia II dan proporsi yang besar di rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan untuk daerah sekitar rumah sakit tersebut. Peningkatan rumah sakit dan persatuan perawat dan peningkatan ahli kebidanan yang lebih menekankan pada teknologi menyebabkan mundurnya kebidanan. Tapi, situasi itu berakhir pada saat Amerika Utara menilai kepemimpinan perawat dan kepemimpinan bidan yang memutuskan bahwa bidan berhak mendapat penghargaan pertama dan penghargaan kedua diberikan kepada keperawatan. Penghargaan itu sangat penting untuk peningkatan profesi kebidanan. Kita tahu di beberapa negara mengkombinasi keperawatan dan kebidanan dalam seorang tenaga kesehatan, hal itu terjadi di pulau kecil dan pelatihan klinik sekarang semakin baik menuju standar internasional sedikit lebih baik daripada masa yang lalu.     
2.4       Pegembangan Profesi Bidan
Pemerintah melihat adanya peningkatan kebidanan dengan pemberian asuhan yang bermanfaat. Shearman Report (NSWI, 1989) telah menemukan cara awal untuk mengatur strategi perawatan yang berkesinambungan. Having a baby in Victoria (Depkes Victoria, 1990) melaporkan sebuah revie pelayanan kesehatan pada wanita dan keluarga. Maksudnya pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. “Perawatan efektif pada kelahiran” CNH dan MRC, 1996 menyimpulkan bahwa perawatan yang berkesinambungan akan menjadi tujuan perawatan kesehatan ibu. 
2.5       Masalah Regional
Negara tetangga Australia yaitu Papua Nugini, Pulau Solomon memiliki angka kematian yang sangat tinggi. Rosaline lapar , seorang pemenang piagam Maria Gibran pada ICM di Oslo yang sekarang berada di Universitas Tehnologi Sidney sebuah video yang digunakan untuk melatih asisten bidan di desa dengan cara ibu berbaring setelah melahirkan kepala dan bahu , dan melahirkan plasenta dengan menarik tali pusat secara terkendali. Cara ini banyak diakui oleh negara bagian barat yang mengatakan hal ini tidak hanya berbeda dari biasanya untuk pendidikan bidan  di Australia. Mahasiswa kebidanan harus menjadi perawat dahulu sebelum mengikuti pendidikan bidan sebab di Australia   kebianan masih mejadi sub spesialis dalam keperawatan (maternal and child health). Didalamnya  termasuk pendidikan tentang keluarga berencana , kesehatan wanita , perawatan ginokologi , perawatan anak , kesehatan anak dan keluarga serta kesehatan neonatus dan remaja. Adanya peraturan ini  semakin mempersempit peran dan ruang kerja bidan.
Literatur yang tersedia bagi mahasiswa kebidanan masih kuran. Kurikulum yang ada dirasakan hanya sesuai untuk mahasiswa pemula atau menengah saja, sehingga kadang-kadang mahasiswa yang telah terlatih dikeperawatan kebidanan diberikan porsi yang sama seperti pemula atau sebaliknya. Mahasiswa yang sebelumnya telah mendapatkan pendidikan kebidanan di keperawatan akan membawa konsep “sakit”. Transisi dari filosofi “sakit” ke filosofi “sehat” dalam kebidanan sedikit banyak menyulitkan mahasiswa.
Beberapa tahun setelah Australia mengadakan pelatihan kebidanan , datang para pendidik yang membuka Universitas ang memiliki cara tersendiri untuk menghasilkan tenaga yang berkualitas. Pada waktu yang sama pemerintah mendukung bidan dalam meperluas peran mereka. Luasnya pengalaman culup diterima masyarakat dibeberapa tempat tetapi juga mengurangi resiko yang akan terjadi. Satu hal lagi yang perlu diketahui bahwa persalinan didesa tersebut ibu berbaring didaun pisang yang bersih atau sprei.
Di negara barat terdapat peraturan dimana wanita melahirkan tidak boleh ditemani keluarganya , tetapi ada beberapa negara yang menganggap peraturan ini tidak efektif dan mengatakan bahwa ibu bersalin perlu ditemani oleh suami atau anggota keluarganya.
2.6       Penerapan Penelitian dalam Praktek
Akhir dari masalah bidan di kawasan ini adalah penerapan penelitian kedalam praktek, misalnya pada video yang digunakan di Papua Nugini yang berisi anjuran kepada bidan untuk meninggalkan tradisi mereka dan memandang pada fakta-fakta yang ada. Keberadaan bidan di negara masih dipertanyakan karena adanya pengaruh medicalisasi. Perawat kebidanan tdak boleh menolong persalinan.
Pendidikan kebidanan di Australia setingkat Universitas, mahasiswanya berasal dari lulusan degree perawat dan 2 tahun bidan, sedangkan pada tingkat direct entry, masih sering dipertanyakan oleh perawat. Pada tahun 2000, di University Of Technology Of Sidney, telah terbentuk S2
2.7       Pendidikan Master Kebidanan di Australia
Pendidikan bidan merupakan wadah dimana calon bidan ditempat yang nantinya akan diterjunkan ke masyarakat untuk pengabdian. Pendidikan langsung atau setelah menempuh pendidikan perawat merupakan pola pendidikan bidan yang awalnya diterapkan di seluruh dunia, karena memang awalnya profesi bidan masih menjadi satu dengan profesi keperawatan setelah bidan menemukan jati dirinya yang berbeda dengan keperawatan maka pola pendidikan khusus bidan pun dikembangkan di dunia. Di mulai dari tingkat pendidikan bidan yang setara dengan diploma sampai pasca sarjana.
Disetiap negara sangat berharap bahwa dengan berkembangnya pendidikan bidan sampai jenjang master, maka profesionalisme dalam menjalankan praktik kebidanan juga meningkat.
 Hal ini tentu saja yang akan diiringi dengan menurunnya angka kematian ibu dan bayi serta meningkatan status kesehatan masyarakat.
Australia adalah salah satu negara yang juga menyelenggarakan pendidikan kebidanan yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme bidan dalam memberikan asuhan kebidanan melalui pendidikan berjejang dan berkelanjutan sampai ke tingkat mester. Pada umumnya pendidikan di australia terpengaruh oleh model kolonialisme inggris terhadap penerimaan bidan yang di rekrut dari perawat, walaupunpada perkembangan terakhir model ini perlahan mulai ditinggalkan dan mengarah pada pola penidikan khusus bagi bidan.
Agar mendapatkan pengakuan dan registrasi dari pemerintah ,seorang bidan harus telah menyelesaikan pendidikan yang diakui oleh pemerintah dimana tempat bidan berada. Di negara Australia berlaku juga hal yang sama ,yang mana bidan telah yang mendapatkan registrasi harus sudah mempunyai kualifikasi sebagai perawat umum sebelum menempuh pendidikan bidan , walaupun sudah ada beberapa bidan praktik yang terlatih sebelum program ini dicanangkan.
Pendidikan perawat umum ditempuh dalam waktu tiga tahun. Pendidikan perawat ini adalah pendidikan bergelar dan mempelajari seluruh aspek kesehatan dan keperawatan yang setelah tamat diberi gelar “Bachelor of Health Science Nursing”. Lulusannya dapat bekerja di institusi yang berhubungan dengan keperawatan psikiatri, geriatric, dan perawatan anak yang mengalami keterlambatan perkembangan. Beberapa perawat umum juga bekerja di unit kebidanan dan NICU.
Selama 10 tahun terakhir, pendidikan bidan di beberapa Negara bagian Australia telah berpindah dari pendidikan di rumah sakit menjadi pendidikan di universitas. Ada yang berpindah secara keseluruhan, ada yang berpindah sebagian (kombinasi dari rumah sakit dan universitas).
Program pendidikan yang ditawarkan di universitas berupa “Graduate Diploma” dan ada pula yang berupa “Master”. Program master biasanya ditempuh dengan kuliah jarak jauh atau e-learning program, sehingga peserta didik selain dapat bekerja juga dapat mengembangkan jenjang pendidikannya sampai pada master.
Calon peserta didik biasanyan harus mempunyai pengalaman kerja minimal dua tahun sebelum menempuh pendidikan bidan. Sebagian besar program pendidikan di selesaikan dalam satu tahun dan ada yang dua tahun. Pendidikan bidan jenjang master telah banyak didirikan oleh universitas-universitas di Negara bagian di Australia. Beberapa contoh program master sebagai acuan bagi bidan di Indonesia :
1.   NEW CASTLE UNIVERSITYGelar : M. Mid
v  Lama pendidikan : 7 – 20 bulan (2-5 trimester)
v  Row input
v  Bachelor of Midefery
v  Lulusan diploma yang sudah terregristrasi
v  Bidan yang belum menempuh pendidikan tersebut di atas tetapi juga mempunyai angka kredit akademik lain sebagai persyaratan seperti :
a.    Bidan yang mempuyai pengalaman klinis kebidanan, pendidik,training dan kwalifikasi seperti : sertifikat ANC, sertifikat konsultan laktasi,sertifikat Advance Life Suport Obstetric (ALSO),sertifikat teaching and learning.
b.   Bidan yang mempunyai tulisan ilmiah kebidanan dengan level setara dengan master.
c.    Kurikulum sebanyak 120 unit sks dengan masa didk ditempuh tiap trimester dengan metode e-learning.
d.   Biaya : beasiswa dari pemerintahan persemakmuran Australia.
e.    Pelaksanaan
v  Bidan lulusan diploma
Diploma bidan biasanya sudah menempuh 60 unit sks, sedangkan diploma lulusan bidan dari New Castle University telah menempuh 80 unit sks,sehingga bagi diploma bidan lulusan di luar New Castle University wajib menempuh sks 60 unit utuk melengkapi  menjadi 120 unit sks.
v  Mata kuliah wajib
a.    Contrac learning A=10 unit
b.   Contrac learning B=10 unit
c.    Mata kuliah pilihan 40 unit
v  Mata kuliah pilihan masing-masing 10 unit
a.    Investigatif metods for clinical practice
b.   Konseling 1
c.    Kontemporary Midewifery
d.   Midwifery pactice issue
e.    The chilbearing woman and herfamily
f.    Teaching and learning in clinical contex
g.   Special care of newborn (mata kuliah yang dianjurkan)
h.   Neonatal Intensive Care Nursing (mata kuliah yang dianjurkan).
i.     Leadership and Management in Practice
j.     Leading Change in Practice
k.   Biostatistics A
l.     Research Protocol Design
m. Epidemiology A Basic Methods
n.   Qualitative Methods in Health Research
v  Bagi Bidan Non Lulusan Diploma
Bidan tersebut harus mempunyai kredit akademik yang bisa disetarakan 60 unit atau sebesar 50 % dari total sks. 120 sks harus tetap diterima, baik melalui laporan (setifikat – laporan) dan beberapa mata kuliah pilihan.
2.      FLINDERS UNIVERSITY
v  Penyelenggara                   : Diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Kesehatan
v  Gelar                                 : M. Mid
v  Jumlah SKS          : 54 SKS
v  Tujuan akhir program Master
1.   Memperoleh ilmu disiplin kebidanan tingkat aduance meliputi tingkat konseptual dan promosi praktik kebidanan yang lebih baik.
2.   Mampu berpartisipasi dalam pertolongan persalinan, meliputi perencanaan, implementasi, dan penelitian kebidanan
3.   Mampu mendomantraksikan praktik kebidanan berdasarkan penelitian kebidanan dan praktik kebidanan yang baik.
4.   Mengaplikasi etik dan konsep teoritis untuk analisis dan pengembangan keputusan klinik yang professional
5.   Mengembangkan kualitas praktik kebidanan dalam tatanan praktik dengan kritikal analisis dan pemikiran reflektif
6.   Menganalisis lingkungan yang mempengaruhi kebidanan persalinan pada multikultural masyarakat
7.   Mengembangkan kepemimpinan pada profesi kebidanan
8.   Berkontribusi secara profesional baik dalam politik dan sosial kultur berhubungan dengan kebidanan dan komunitas
9.   Mendemontrasikan pemahaman kemampuan aturan yang berkaitan dengan kebidanan.
v  Syarat         
Pendaftaran diprogram master kebidanan harus seorang yang telah lulus sebagai perawat kebidanan atau yang setara dengan kualifikasi yang telah disetujui oleh fakultas, harus sudah menjadi bidan yang terregrestrasi, dan sudah mempunyai sertifikat praktik.
v  Program Studi
Untuk memenuhi kualifikasi magister kebidanan, mahasiswa harus menempuh 54 sks dan semuanya harus lulus dengan baik dan tidak terdapat mata kuliah pilihan pada program ini.
v  Mata Kuliah Utama
ü   Mata Kuliah Utama
a.       Issue and Methods in Nursing and Midwifery Research 6 unit
b.      Epidemiology for Nurses and Midwifes 3 unit
c.       Qualitative Research 3 unit
d.      Health Statistics 3 unit
e.       Clinical Science for Midwifes 6 unit
f.       Sociology of Chilbirth 3 unit
g.      Elective topic 3 unit
h.      Thesis 36 unit
ü   Pathway 2 (tidak ditawarkan pada 2008)
a.       Midwifery 19 unit
b.      Midwifery 29 unit
c.       Research project 18 unit
ü   Pathway 3  (tidak ditawarkan pada 2008)
a.       Midwifery 19 unit
b.      Midwifery 29 unit
c.       Practice project in Nursing and midwifery 9 unit
d.      Elective topics 9 unit
ü   Elective Topik (tidak semua topik diselenggarakan tiap tahun atau semester)
a.       Midwifery History and Politics 6 unit
b.      Law and Ethic for Advanced Practice 3 unit
c.       Introduction to Clinical Audit  unit
d.      Conducting a clinical Audit 3 unit
e.       Independent Study 3 unit
f.       Independent Study 6 unit
g.      Therapeutic Touch : Complementary Healing Modality in Heart and Illnes 3 unit
h.      Infertility and issue in Asissted Reproduction 6 unit
i.        Independent Study 4,5 unit

3.       JAMES COOK UNIVERSITY (JCU) – QUEENSLAND
v  Gelar           : Master Midwifery
v   Proses Pembelajaran
Program master kebidanan bersifat fleksibel, mahasiswa bisa full time bisa part time. Jumlah beban sks yang harus ditempuh oleh mahasiswa sebesar 36 sks. Untuk mahasiswa diploma kebidanan dari James Cook University harus menempuh maksimal 24 kredit poin sedangkan mahasiswa selain lulusan James Cook University atau mahasiswa yang berlatar belakang praktik bidan di rumah sakit harus menempuh mata kuliah tambahan yang relevan  dengan jurusan kebidanan dengan jumlah angka kredit maksimal 18 sks.
v  Tujuan Program Master
1.      Mencetak bidan yang kompeten dalam memberikan pelayanan kebidanan yang baik sesuai dengan wewenangnya.
2.      Bidan yang mempunyai legal aspek dan etik profesi.
3.      Bidan yang mampu menghargai kepercayaan dan nilai-nilai yang terkait dalam praktik kebidanan dalam seluruh latar belakang sosial budaya.
4.      Bidan yang mampu memberikan pelayanan kebidanan berdasarkan hasil penelitian.
5.      Bidan yang mempunyai fungsi mandiri dalam kolaborasi dalam tim.
6.      Mampu melakukan penelitian yang sesuai dengan bidang keilmuan.
v  Mata Kuliah
ü Mata Kuliah Level 1
a.    Phisicologycal Processes in Midwifery
b.   Phatophysiological Processes in Midwifery
c.    Precnancy,birth and Postnatal Midwifery Care
d.    Midwifery Care in ‘At Risk’ Events
ü Mata kuliah Level 2
a.    Perinatal Critical Care and the Pregnant Women
b.   Research : Theory and Methodology
c.    Professional Midwifery Care
d.   Elective Subject
ü Mata Kuliah Level 3
a.    Advanced Midwifery Care
b.   Dispute Resolution : A Nursing Prespective
c.    Independent Project atau Clinical Govermance Project
d.   Elective Subject
ü  Mata Kuliah pilihan yang bisa diambil mahasiswa pogram master
a.    Family Planning Queensland Introduction to Sexsual and Reprodoctive Health Theory
b.   Flamily Planning Queensland Pap Smear Provide Module
c.    QNC – Accredited Immunation indorsement Program
v  Jadwal Pelaksanaan Perkuliahan
ü  Mata Kuliah Periode 1 (February-June)
a.    Advanced Pshicologycal Nursing
b.   Nursing inqueiry for Specialist Practice
c.    Reseacrh : Proposal Writing (1)
d.   Clinical Govermance Project
e.    Introduction to Nurse Education
f.    Contemporary Issue in Nurse Education
g.   Advanced Surgical Nursing (tidak diselenggarakan pada tahun 2008)
h.   Qualitatif Data Management in Nursing (1)
ü  Mata Kuliah Periode 2 (August-December)
a.       Advanced Pshycologycal Nursing
b.      Nursing inqueiry for Specialist Practice
c.       Reseacrh : Proposal Writing (1)
d.      Clinical Govermance Project
e.       Clinical Teaching in Nursing
f.       Implementation of Clinical Teaching StrategiesContemporary Issue in Acute Care Nursing (akan dibuka pada tahun 2009)
g.      Nursing Management Across the Health Sector
h.      Advanced Medical Nursing
i.        Nursing Leadership
v  Output
Program magister kebidanan ini mempersiapkan lulusannya utuk menjadi bidan praktik yang mempunyai :
a. Fungsi sebagai bidan praktik yang berkompeten sebagai bidan fasilisator dalam kehamilan, persalinan, nifas tanpa komplikasi.
b. Fungsi interdependen dalam berkooperatif dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan meliputi pelayanan kehamilan, persalinan, nifas dengan komplikasi.
c. Fungsi sebagai pendidik dan konselor dalam keluarga dan keluarga berencana.
v  Syarat
Telah menempuh pendidikan bidan (program diploma kebidanan) dan menjadi bidan yang terregristrasi dalam lingkungan negara Australia. Pendaftar yang memenuhi syarat tersebut, maka pengalaman praktiknya tidak akan di perhitungkan. Pendaftaran untuk program ini dilakukan 2 kali dalam satu tahun
v  Pembiayaan
Pembiayaan program ini bisa dipilih dari beasiswa Negara persemakmuran (dengan syarat tertentu) atau biaa sendiri.

4.      MASSEY UNIVERSITY (NEW ZEALAND)
v  Gambaran Umum
Progam master kebidanan ini diperuntukan kepada semua praktisi bidan/bidan yang bekerja di klinik dan tertarik untuk meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan kebidanan. Prose pembelajaran yang diselenggarakan secara moduler dan fleksibel meliputi beberapa mata kuliah yang mendukung praktik kebidanan. Program master kebidanan ini diselenggarakan untuk mengembangkan kemampuan bidan terutama untuk bidang penelitian dan ketrampilan klinik yang lebih baik , serta dibuku untk tenaga professioal lain yang bekerja dibidang ibu, bayi,dan keluarga.
v  Tujuan Program Master Kebidanan
1.      Mengembangkan kemampuan bidan dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan klinik melalui metode pembelajaran teori, praktik klinik dan tugas mandiri yang digabung dalam peelitian berdasarkan avidence based.
2.      Menyediakan pendidikan bagi para bidan sebagai alternatif dan Master of Art / Master of Philosophy, dengan kualifikasi yang sama dengan lulusan pascasarjana.
v  Lulusan
Lulusan dari program Master ini kan melanjutkan memberikan asuhan kebidanan dalam berbagai aspek sesuai kewenanganya dan mampu untuk melakukan penelitian dibidang yang terkait . mereka diharapkan mamapu memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan bagi bidan yang belum melanjutkan pendidikannya serta membantu pemerintah dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan maternal.
v  Mata Kuliah
Master of  Midwifery (M.Mid) merupakan program yang teritekgrasi yang mempunyai mata kuliah yang mendukung pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang kebidanan melalui gabungan dari pembelajaran teori , praktik klinik , dan proyek.
v  Mata Kuliah Wajib (Teori)
1.      Midwifery Knowledge Philosophy
2.      Avidence Based Midwifery Practice
3.      Health Research Design Methods Practicum
4.      Research Report
v  Mata Kuliah Pilihan
a.       Mata Kuliah Pilihan I (mahsiswa diwajibkan memilih satu mata kuliah)
b.      Mata Kuliah Pilihan II(mahasiswa diwajibkan memilih satu atau dua mata kuliah)

5.      GRIFFITH UNIVERSITY
v  Nama Program                 : Master of Midwifery
v  Gelar                                : M.Mid
v  Lokasi                              : Logan Campus
v  Penyelenggara                 : School of Nursing and Midwifery
v  Lama Pendidikan            : 1 tahun full time and 2 tahun part time
v  SKS                                 : 80 SKS
v  Row Input
Program Master kebidanan ini disiapkan bagi perawat yang terregristrasi dan bidan klinik yang professional. Program ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan , sikap dan keterampilan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan bagi klien dan keluarga.
v  Jenis Program yang dibuka
Program code
Program title
Campus
Semester Intake
5230
Master of Midwifery
Logan
S1 / S2
5244
Master of Midwifery with Honours
Logan
S1 / S2
v  Syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Master of Midwifery (M.Mid) mahasiswa harus :
1.      Menyelesaikan 60 SKS
2.      Ditambah 20 kredit Point untuk penelitian
3.      Ditambah jam praktik klinik dapat dilaksanakan mahasiswa 2-3 hari selama seminggu di semester I dan pada saat libur semester.
v  Syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Master of Midwifery with Honours (MMid) mahasiswa harus :
1.      Menyelesaikan 60 SKS bobot inti kebidanan
2.      Ditambah 20 SKS penelitian
3.      Ditambah 40 SKS disertasi
v  Mata kuliah            
1.Master of Midwifery (80 SKS)
a. Full Time
Full Time Course List
Year
Semester
Cataloc Numbers
Course
SKS
1
I
7951NRS
Pre and Postnatal Midwifery
20
1
I
7952NRS
Promoting Normal Childbith
20
1
II
7019NRS
Quantitative Research
10
1
II
7018NRS
Quantitative Reseacrh
10
1
II
7054NRS
Complication of Childbirth
20


b.      Part Time
Part Time Course List
Year
Semester
Cataloc Number
Course
SKS
1
I
7951NRS
Pre and Postnatal Midwifery
20
1
II
7952NRS
Promoting Normal Childbirth
20
1
II
7019NRS
Quantitative Research
10
1
II
7018NRS
Quantitative Research
10
1
II
7054NRS
Complication of Childbirth
20

2. Midwifery with Honours
a. Full Time
Selain menyelesaikan 80 SKS mahasiswa harus menyelesaikan tambahan 40 SKS melalui :
Full Time Course List
Year
Semester
Cataloc Numbers
Course
SKS
3
I
7999 NRS P1
Dissertation 1
10
3
I
7999 NRS P2
Dissertation 2
10
3
I
7999 NRS P3
Dissertation 3
10
3
I
7999 NRS P4
Dissertation 4
10





b.      Part Time
Part Time Course List
Year
Semester
 Cataloc Numbers
Course
SKS
3
I
 7999 NRS P2  
Disertation 2
10
3
I
 7999 NRS P3
Disertation 3
10
3
I
 7999 NRS P4
Disertation 4
10
3
I
 7999 NRS P5
Disertation 5
10

















BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1         Kesimpulan
               Dari uraian diatas , maka dapat dimbil kesimpulan yakni sejarah perkembangan di Australia khususnya pada pendidikan kebidanan mengalami perkembngan yang sangat pesat. Pendidikan perkembangan di Australia bertujuan untuk meningkatkan professionalisme bidan dalam memberikan asuhan kebidanan melalui pendidikan berjenjang dan berkelanjutan sampai ketingkat master.
               Dari 5 universitas yang menyelenggarkan program pendidikan magister  yang ada di Negara bagian Australia ditmui beberapa persamaan model program meliputi :
1.       Program pendidikan               : Master of midwifery
2.       Gelar                                       : M.Mid
3.      Row Input
Bidan atau perawat yang telah lulus diploma kebidanan dengan kualifikasi sudah terregristrasi, bekerja secara klinik dibidang kebidanan, yang disertai dengan sertifikasi kemampuan-kemampuan yang lain yang berhubungan dengan kebidanan.
4.      Beban Studi                        : Rata-rata 40-120 SKS
5.      Lama Pendidikan               : 1-3tahun (2-5 trimester)
6.      Mata Kuliah
Mata kuliah yang diajarkan melalui pengetahuan dan keterampilan yang berbasis kompetensi kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi/anak fisiologi maupun patologis) sesuai dengan issue yang berkembang dan berdasarkan evidence based, pengetahuan tentang hukum, epidminology, keluarga berencana, psikologi, kemampuan penelitian setingkat master
7.      Metode Pembelajaran 
Lebih ditekankan pada pembelajaran SPICES :
ü  Student Centre
ü  Problem Based
ü  Integrited
ü  Community Based
ü  Elective
ü  Sistematic


8.      Tujuan Program
Upaya pengembangan kemampuan bidan dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan klinik melalui metode pembelajaran teori dan praktek klinik serta tugas mandiri yang dipadukan dengan penelitian berdasarkan evidnce based, dapat ikut serta dalam pengembangan pendidikan bagi bidan yang belum melanjutkan pendidikan serta membantu pemerintah dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dngan pelayanan kesehatan maternal dan nonatal.
3.2         Saran
               Karena mengingat perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan saat ini, kami menyarankan agar setiap orang lebih memahami sejarah perkembangan kebidanan tidak hanya di Australia saja melainkan di negara lainnya juga. Dengan itu, kita akan dapat membandingkan dan dapat di tela’ah mengenai hal positif dan negatif dari perbedaan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA










SEJARAH PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun internasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan.
Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%.
Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
B.     Masalah
Dari latar berlakang yang telah dikemukakan di tas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah Bagaimanakah sejarah perkembangan dan pelayanan kebidanan?
C.     Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan sejarah perkembangan dan pelayanan kebidanan.
D.    Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai yaitu penulis dan pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah perkembangan dan pelayanan kebidanan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Sejarah Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Indonesia
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807, di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hendrik William Daendles, para dukun dilatih untuk melakukan pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak tersedianya pelatih kebidanan.
Pelayanan kesehatan pada saat itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849, dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia, tepatnya di Rumah Sakit Militer Belanda yang sekarang dikenal dengan RSPAD Gatot Subroto. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda bernama dr. W. Bosch. Lulusan sekolah ini kemudian bekerja di rumah sakit dan juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
Pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Pelatihan untuk para dukun masih berlangsung sampai sekarang. Pelatihan ini diberikan oleh bidan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat di lakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta, yang akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lainnya di nusantara ini. Seiring dengan pelatihan tersebut, didirikan pula Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dengan bidan sebagai penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan antenatal, postnatal, pemeriksaan bayi dan anak, termasuk imunisasi serta penyuluhan gizi. Sedangkan di luar BKIA, bidan memberi pertolongan persalinan di rumah keluarga dan melakukan kunjungan rumah sebgai upaya tindak lanjut pascapersalinan.
Bermula dari BKIA, kemudian terbentuklah suatu pelayanan terintegrasi bagi masyarakat yang dinamakan Pusat Kesahatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberi pelayanan di dalam gedung dan di luar gedung dan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, termasuk pelayanan keluarga berencana baik di luar gedung maupun di dalam gedung. Pelayanan kebidanan yang diberikan di luar gedung adalah pelayanan kesehatan keluarga dan pelayanan di pos pelayanan terpadu (Posyandu). Pelayanan di Posyandu mencakup lima kegiatan yaitu pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga berencana, imunisasi, gizi, dan kesehatan lingkungan.
Mulai tahun 1990, pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini merupakan Instruksi Presiden (Inpres) yang disampaikan secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992. Kebijakan ini mengenai perlunya mendidik bidan untuk ditempatkan di desa. Tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, dan nifas, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pembinaan dukun bayi (paraji). Sehubungan dengan itu, bidan desa juga menjadi pelaksana pelayanan kesehatan bayi dan keluarga berencana yang dilakukan sejalan dengan tugas utamanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan ibu. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, bidan desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan Posyandu di wilayah kerjanya, serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Hal tersebut di atas adalah bentuk pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan bidan di desa berorientasi pada kesehatan masyarakat, sedangkan bidan yang bekerja di rumah sakit berorientasi pada individu. Tugas bidan di rumah sakit mencakup pelayanan di poliklinik antenatal, poliklinik keluarga berencana, ruang perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, dan ruang nifas. Bidan di rumah sakit juga memberi pelayanan bagi klien yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi, mengajarkan senam hamil, serta memberi pendidikan perinatal.
Titik tolak Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada kesehatan reproduksi (reproductive health), memperluas area garapan pelayanan bidan, area tersebut meliputi :
  1. Safe motherhood; termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus.
  2. Keluarga berencana
  3. Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi
  4. Kesehatan reproduksi remaja
  5. Kesehatan reproduksi orang tua
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi, dan tugasnya didasarkan pada kemampuan serta kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat serta kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut terdiri atas :
  1. Permenkes No. 5380/IX/1963 yang menyatakan bahwa wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas lain.
  2. Permenkes No. 363/IX/1980 yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989, menyatakan bahwa wewenang bidan dibagi menjadi dua, yaitu wewenang umum dan khusus. Dalam wewenang khusus ditetapkan bahwa bidan melaksananan tindakan khusus di bawah pengawasan dokter. Hal ini berarti bahwa bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas tindakan yang dilakukan. Berdasarkan Permenkes ini, bidan melaksanakan praktik perorangan di bawah pengawasan dokter.
  3. Permenkes No. 572/VI/1996 yang mengatur tentang registrasi dan praktik bidan. Bidan dalam melaksanakan praktiknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup
a.       Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak
b.      Pelayanan keluarga berencana
c.       Pelayanan kesehatan masyarakat
  1. Permenkes No. 900.Menkes/SK/VII/2002 yang mengatur tentang registrasi dan praktik bidan. Bidan dalam melaksanakan praktiknya diberi kewenangan untuk memberikan pelayanan yang meliputi
a.       Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan pranikah, antenatal, intaranatal, postnatal, bayi baru lahir, dan balita.
b.      Pelayanan keluarga berencana yang meliputi pemberian obat dan alat kontrasepsi melalui oral, suntikan, pemasangan dan pencabutan AKDR dan AKBK tanpa penyulit.
Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi, dan rujukan sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan, serta kemampuannya. Wewenang bidan dalam pelayanan kebidanan di bidang keluarga berencana mencakup penyediaan alat kontrasepsi : oral (pil KB), suntik, kondom, tisu vaginal, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), baik pemasangan maupun pencabutan. Pada keadaan darurat, bidan juga diberi wewenang untuk memberikan pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk menyelamatkan jiwa (misalnya: kuretasi digital untuk mengangkat sisa jaringan pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dan hipotermia).
Permenkes tersebut juga menegaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman, serta berdasarkan standar profesi. Di samping itu, bidan diwajibkan merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditangani, menyimpan rahasia, meminta persetujuan untuk tindakan yang akan dilaksanakan, memberi informasi, serta membuat rekam medis dengan baik. Petunjuk pelaksanaan yang lebih rinci mengenai kewenangan bidan terdapat pada petunjuk pelaksanaan (jutlak) yang dituangkan dalam Lampiran Keputusan Dirjen Binkesmas No. 1506/tahun 1997.
Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan Permenkes 572/1996 tidak mudah, karena kewenangan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan mengandung tuntutan bahwa bidan sebagai tenaga profesional harus memiliki kemampuan profesi yang mandiri. Pencapaian kemampuan tersebut diperoleh melalui institusi pelayanan yang meningkatkan kemampuan bidan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Perkembangan pelayanan kebidanan menuntut kualitas bidan yang handal dan profesional serta upaya pemantauan (monitoring) pelayanan. Oleh karena itu, adanya Konsil Kebidanan adalah suatu keharusan. Pendidikan bidan yang berorientasi pada profesioanl dan akademik serta memiliki kemampuan melakukan penelitian adalah suatu terobosan dan syarat utama untuk percepatan penigkatan kualitas pelayanan kebidanan.
B.     Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Dalam Negeri
Pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan beriringan untuk memenuhi kebutuhan/tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kebidanan. Pendidikan bidan mencakup pendidikan formal dan nonformal.
Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1851, seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta didik akibat adanya larangan ataupun pembatasan bagi wanita untuk keluar rumah.
Pendidikan bidan bagi wanita pribumi dibuka kembali di Rumah Sakit Militer di Batavia pada tahun 1902. Pada tahun 1904, pendidikan bidan bagi wanita Indonesia juga dibuka di Makassar. Lulusan dari pendidikan ini harus bersedia ditempatkan di mana pun tenaga mereka dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang tidak/kurang mampu secara cuma-cuma. Lulusan ini mendapat tunjangan dari pemerintah kurang lebih 15-25 Gulden per bulan. Kemudian dinaikkan menjadi 40 Gulden per bulan (tahun 1922).
Tahun 1911-1912 dimulai program pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di Rumah Sakit Umum Pusat Semarang dan Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo di Batavia dengan lama pendidikan selam empat tahun. Calon murid berasal dari lulusan Holandia Indische School (setingkat SD selama 7 tahun) dan pada awalnya hanya menerima peserta didik pria. Pada tahun 1914, peserta didik wanita mulai diterima untuk mengikuti program pendidikan tersebut. Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut, perawat wanita dapat meneruskan ke pendidikan kebidanan selama dua tahun, sedangkan perawat pria dapat meneruskan ke pendidikan keperawatan lanjutan juga selama dua tahun.
Pada tahun 1935-1938, pemerintah colonial Belanda mulai membuka pendidkan bidan lulusan Mulo (Setingkat SMP) dan pada waktu yang hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar antara lain di Jakarta (RSB Budi Kemuliaan) serta di Semarang (RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo). Di tahun yang sama dikeluarkan sebuah peraturan yang mengklasifikasikan lulusan bidan berdasarkan latar belakang pendidikan. Bidan dengan dasar pendidikan Mulo dan pendidikan kebidanan selama tiga tahun disebut Bidan Kelas Satu (Vroedvrouw tweede klas). Perbedaan ini menyangkut ketentuan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan. Pada zaman penjajahan Jepang, pemerintah mendirikan sekolah perawat atau sekolah bidan dengan nama dan dasar yang berbeda, namun memiliki persyaratan yang sama dengan zaman penjajahan Belanda. Peserta didik kurang berminat memasuki sekolah tersebut dan mereka mendaftar karena terpaksa, karena tidak ada pendidikan lain.
Pada tahun 1950-1953, dibuka sekolah bidan untuk lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun dan lama pendidikan tiga tahun. Mengingat kebutuhan tenaga untuk menolong persalinan cukup banyak maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang disebut Penjenjang Kesehatan E (PK/E) atau pembantu bidan. Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun 1976 dan setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2 tahun kebidanan dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar melanjutkan pendidikan bidan selama dua tahun.
Tahun 1953 dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta, lamanya kursus antara 7 sampai dengan 12 minggu. Pada tahun 1960, KTB dipindahkan ke Jakarta. Tujuan dari KTB ini adalah untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan mengenai perkembangan program KIA dalam pelayanan kesehatan masyarakat sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai bidan, terutama menjadi bidan di BKIA. Pada tahun 1967, KTB ditutup.
Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya, pendidikan ini berlangsung satu tahun kemudian menjadi dua tahun dan terakhir berkembang menjadi tiga tahun. Pada awal tahun 1972, institusi pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP). Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan sekolah bidan.
Pada tahun 1970, dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan dari Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun pendidikan bidan yang disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK). Pendidikan ini tidak dilaksanakan secara merata di seluruh provinsi.
Pada tahun 1974, mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat banyak (24 kategori), Departemen Kesehatan melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan nonsarjana. Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan menciptakan tenaga multitujuan di lapangan yang salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal. Akan tetapi, karena adanya perbedaan falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan kemampuan seorang bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan tidak tercapai atau terbukti tidak berhasil.
Pada tahun 1975 sampai 1984, institusi pendidikan bidan ditutup sehingga selama 10 tahun tidak menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi bidan (IBI) tetap ada dan hidup dengan wajar.
Tahun 1981 dibuka pendidikan diploma I kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan. Pendidikan ini hanya berlangsung satu tahun dan tidak dilakukan oleh semua institusi.
Pada tahun 1985, dibuka lagi program pendidikan bidan (PPB) yang menerima lulusan dari PR dan SPK. Pada saat itu, dibutuhkan bidan yang memiliki kewenangan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak setta keluarga berencana di masyarakat. Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya dikembalikan kepada institusi yang mengirim.
Tahun 1989 dibuka program pendidikan bidan secara nasional yang membolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai Program Pendidikan Bidan A (PPB/A) dengan lama pendidkan satu tahun. Lulusannya ditempatkan di desa-desa dengan tujuan memberi pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak di daerah pedesaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menurunkan angka kematian ibu dan anak. Untuk itu, pemerintah menempatkan seorang bidan di tiap desa sebagai pegawai tidak tetap (Bidan PTT)-kontrak dengan pemerintah selama tiga tahun yang kemudian dapat diperpanjang sampai 2-3 tahun lagi.
Penempatan bidan di desa (BDD) ini menyebabkan orientasi sebagai tenaga kesehatan berubah. BDD harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya tidak hanya kemampuan klinis sebagai bidan tetapi juga kemampuan untuk berkomunikasi, konseling, dan kemapuan untuk mengerakkan masyarakat desa dalam meningkatkan taraf kesehatan ibu dan anak. Program Pendidikan Bidan A diselenggarakan dengan peserta didik yang cukup banyak. Diharapkan pada tahu 1996, sebagian besar desa sudah memiliki inimal seorang bidan. Lulusan pendidikan ini kenyataannya juga tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan seperti yang diharapkan sebagi seorang bidan profesional, karena lama pendidikan yang terlalu singkat (hanya satu tahun) dan jumlah peserta didik yang terlalu besar. Kesempatan peserta didik untuk praktik di klinik kebidanan sangat kurang sehingga tingkat kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh seorang bidan profesional tidak dapat tercapai.
Pada tahun 1993, dibuka Pendidikan Bidan Program B yang peserta didiknya dari lulusan akademi perawat (Akper) dengan lama pendidikan satu tahun. Tujuan program ini adalah menyiapkan tenaga pengajar Pendidikan Program Bidan A. hasil penelitian terhadap kemampuan klinis kebidanan lulusan ini menunjukkan bahwa kompetensi bidan yang diharapkan tidak tercapai karena lama pendidikan yang terlalu singkat yaitu hanya satu tahun. Pendidikan ini hanya berlangsung selama dua angkatan (1995-1996) kemudian ditutup.
Pada tahun 1993, juga dibuka Pendidikan Bidan Program C yang menerima murid dari lulusan SMP. Pendidikan ini dilakukan di 11 provinsi yaitu Aceh, Bengkulu, Lampung, dan Riau (wilayah Sumatera); Kalimanta Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan (wilayah Kalimantan); Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Irian Jaya. Pendidikan ini memiliki kurikulum 3700 jam dan dapat diselesaikan dalam waktu enam semester.
Selain program pendidikan bidan di atas, sejak tahun 1994-1995 pemerintah juga menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan Jarak Jauh (distance learning) di tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kebijakan ini dilaksanakan untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan. Pengaturan penyelenggaraan ini telah diatur dalam SK Menkes No. 1247/Menkes/SK/VII/1994.
Diklat Jarak Jauh (DJJ) bidan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya serta diharapkan dapat memebri dampak pada penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. DJJ Bidan dilaksanakan dengan menggunakan modul sebanyak 22 buah.
Pendidikan ini dikoordinasikan oleh Pusdiklat Depkes dan dilaksanakan oleh Bapelkes di Provinsi. DJJ Tahap I (1995-1996) dilaksanakan di 15 provinsi. Pada Tahap II (1996-1997), DJJ dilaksanakan di 16 provinsi dan pada tahap III (1997-1998), DJJ dilaksanakan di 26 provinsi. Secara kumulatif pada tahap I-III, DJJ telah diikuti oleh 6.306 orang bidan dan sejumlah 3.439 (55%) dinyatakan lulus. Pada tahap IV (1998-1999), DJJ dilaksanakan fi 26 provinsi dengan jumlah tiap provinsinya adalah 60 orang, kecuali Provinsi Maluku, Irian Jaya, dan Sulawesi Tengah masing-masing hany 40 orang, dan Provinsi Jambi 50 orang.
Selain pelatihan DJJ, pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal (Life Saving Skill, LSS) dengan materi pembelajaran berbentuk 10 modul. Pelatihan ini dikoordinasikan oleh Direktorat Kesehatan Keluarga Ditjen Binkesmas., sedangkan pelaksananya dilakukan di rumah sakit provinsi/kabupaten.Ditinjau dari prosesnya, penyelenggaraan ini dinilai tidak efektif.
Pada tahun 1996, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan American College of Nurse Midwife (ACNM) serta rumah sakit swasta mengadakan training of trainer (TOT) LSS yang pesertanya adalah anggota IBI berjumlah 8 orang, yang kemudian menjadi tim pelatih LSS inti di Pengurus Pusat IBI. Tim pelatih LSS ini mengadakan acara TOT dan pelatihan untuk para bidan desa. (yang dilaksanakan di 14 provinsi) dan bidan praktik swasta (yang dilaksanakan secara swadaya) serta kepada guru/dosen dari diploma kebidanan.
Pada tahun 1995-1998, IBI bekerja sama dengan Mother Care melakukan pelatihan dan peer review bagi bidan rumah sakit., bidan puskesmas, serta bidan desa di Provinsi Kalimantan Selatan.
Pada tahun 2000, telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasikan oleh Materna Neonatal Health (MNH) yang sampai saat ini telah memberi pelatihan APN di beberapa provinsi/ kabupaten. Pelatihan LSS dan APN tidak hanya dijukan untuk bidan di pelayanan tetapi juga bidan yang menjadi guru atau dosen di sekolah/akademi kebidanan.
Selain melalui pendidikan formal dan pelatihan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan juga diadakan seminar dan lokakarya organisasi dengan materi pengembangan organisasi (Organization Development, OD) dilaksanakan setiap tahun sebanyak dua kali mulai tahun 1996 sampai tahun 2000 dengan biaya dari UNICEF.





















BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1         Kesimpulan
              Dapat disimpulkan bahwa perkembangan kebidanan di Indonesia dimulai sejak zaman Hindia Belanda, yang dimulai dengan pendidikan kedokteran yang hanya di berikan pada warga Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian berkembang menjadi sekolah kebidanan yang hasil lulusannya langsung ditugaskan di pelayanan kesehatan.
Kemudian bidan pun berorientasi menjadi Puskesmas dimana pelayanan yang berpusat di dalam ruangan dan luar ruangan, dan dilanjutkan dengan pelayanan Posyandu.
Dari segi pendidikan, bidan mengalami banyak perjalanan untuk mencapai pndidikan sampai saat sekarang ini. Dimulai dari tahun 1851 dibuka pendidikan untuk bidan bagi masyarakat pribumi di Batavia. Tahun 1911-1912 dibuka sekolah perawat di RSUP semarang dan RSCM Batavia selama 4 tahun dengan murid yang berasal dari SD selama 7 tahun.
Tahun 1935-1938 dibuka pendidikan bidan yang dikenal dengan lulusan mulo yang berasaldari SMP. Tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dengan lulusan berasal dari SMP  dengan batsa umur 17 tahun selama 3 tahun. Tahun1953 dibuka kursu Tambahan Bidan(KTB) di Yogyakarta yang diadakan selama 7-12 minggu namun tahun 1967 ditutup. Tahun 1954 dibuka pendidikan guru untuk bidan dan perawat secara serentak di Bandung selam 3 tahun.
Tahun 1974 dibuka SPK dan sekolah bidan pun ditutup. Sekolah bidan ditutup selama 10 tahun dan tahun 1981 dibuka pendidikan diploma I yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perawat SPK. 1985 Program Pendidikan Bidan (PPB) dibuka selama 1 tahun. Pada tahun 1989 dibuka PPB A selama 1 tahun. Tahun 1993 PPB B dan lulusan Akper 1 tahun namun tahun 1996 di tutup kembali. Tahun 1993 juga dibuka pendidikan PPB C bagi lulusan SMP.
IBI juga bnayak bekerja sama dengan pihak manapun untuk meningkatkan kemampuan bidan dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, juga untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak di Indonesia. Dibuktikan dengan adanya pelatihan APN yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan bidan.
Dari uraian diatas , maka dapat dimbil kesimpulan yakni sejarah perkembangan pendidikan kebidanan di Indonesia mengalami perkembngan yang sangat pesat. Pendidikan kebidanan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan professionalisme bidan dalam memberikan asuhan kebidanan melalui pendidikan berjenjang dan berkelanjutan.
               
3.2         Saran
               Karena mengingat perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan saat ini, kami menyarankan agar setiap orang lebih memahami sejarah perkembangan kebidanan tidak hanya di Indonesia saja melainkan di negara lainnya juga. Dengan itu, kita akan dapat membandingkan dan dapat di tela’ah mengenai hal positif dan negatif dari perbedaan tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TV Online


tulisan

setting huruf