Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Luar Negeri
(Australia)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bidan
adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan program pendidikan kebidanan
yang diakui oleh negara dan memenuhi kualifikasi untuk daftar serta memiliki
izin yang sah untuk menjalankan praktek kebidanan.
Profesi
kebidanan adalah salah satu profesi yang sudah diakui di Dunia Internasional
sebagai profesi yang paling dekat dengan perempuan selama siklus kehidupannya.
Sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan bidan memiliki kewenangan
untuk memberikan pelayanan kebidanan yaitu kesehatan reproduksi kepada
perempuan, remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bersalin, nifas, masa
interval, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir , anak balita dan
prasekolah. Selain itu bidan juga berwenang untuk memberikan pelayanan keluarga
berencana dan kesehatan masyarakat.
Perkembangan
peleyanan dan pendidikan kebidanaan nasional dan internasional terjadi begitu
cepat. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan merupakan
hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya
bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan pelayanan.
Salah
satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan
kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan mordibitas pada wanita hamil,
dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar
25-50%.
Mengingat
hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan
pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan
utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib
mengikuti perkembangan iptek dan menambh ilmu pengetahuannya melalui pendidikan
formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri
baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sejarah perkembangan pelayanan kebidanan di Australia?
2. Bagaimana
sejarah perkembangan pendidikan kebidanan di Australia?
1.3 Metode Penulisan
Penulisan
makalah ini menggunakan dua metode. Pertama metode deskripsi dengan menentukan
hal-hal yang hendak diamati dan kedua metode komparatif dengan membanding satu
dengan yang lainnya.
1.4 Tujuan Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan agar masyarakat lebih mempelajari dan memahami sejarah
perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan yang terjadi dalam lingkup
internasional.
1.5 Ruang Lingkup
Dalam
penulisan makalah ini pembahasan hanya difokuskan terhadap sejarah perkembangan
pelayanan dan pendidikan kebidanan di Australia.
BAB
II
ISI
2.1 Pelayanan Bidan di Australia
Florence
Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang dimulai dengan
tradisi dan latihan-latihan pada abad 19. Tahun 1824 kebidanan masih belum
dikenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia,
kebidanan masih didominasi oleh profesi dokter.
Pendidikan
bidan pertama kali di Australia dimulai pada tahun 1862. Lulusan itu dibekali
dengan pengetahuan teori dan praktek. Pendidikan diploma kebidanan dimulai
tahun 1893. Dan sejak itu tahun 1899 hanya bidan sekaligus perawat yang telah
terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit.
Sebagian
besar wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh masyarakat.
Ketidakseimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi
berkembang dengan cepat. Hal ini menyebabkan banyak wanita hamil diluar nikah
dan jarang mereka dapat memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter karena
pengaruh sosial mereka atau pada komunitas yang terbatas, meskipun demikian di
Australia bian tidak bekerja sebagai perawat, mereka bekerja sebagaimana
layaknya seorang bidan. Pendapat bahwa seseorang bidan harus reflek menjadi
perawat dan program pendidikan serta prakteknya anyak dibuka di beberapa tempat
dan umumnya disediakan oleh non bidan.
2.2 Pendidikan Kebidanan di Australia
Kebidanan
di Australia telah mengalami perkembangan yang pesat sejak 10 tahun terakhir.
Dasar pendidikan telah berubah dari tradisional hospital base programme menjadi
tertiary course of studies menyesuaikan kebutuhan pelayanan dari masyarakat.
Tidak semua institusi pendidikan kebidanan di Australia telah melaksanakan
perubahan ini, beberapa masih menggunakan program yang berorientasi pada rumah
sakit. Kurikulum pendidikan disusun oleh staf akademik. Berdasarkan kebidanan
di Australia hampir sama dengan pelaksanaan pendidikan bidan di Indonesia. Belum
ada persamaan persepsi mengenai pengimplementasian kuikulum pada masing-masing
institusi, sehingga lulusan bidan mempunyai kompetensi klinik yang berbeda
tengantung pada institusi pendidikannya. Hal ini ditambah dengan kurangnya
kebijaksanaan formal dan tidak adanya standart nasional menurut National Review
Of Nurse Education 1994, tidak ada direct entry.
Pada
tahun 1913 sebanyak 30% persalinan di tolog oleh bidan. Meskipun ada
peningkatan jumlah dokter yanh menangani persalinan antar tahun 1900-1940, tidak
ada penurunan yang berarti pada angka kematian ibu dan bidanlah yng selalu
disalahkan akan hal itu. Kenyataannya wanita jelas menengah keatas yang
ditangani oleh dokter dalm persalinan mempunyai resiko infeksi yang lebih besar
daripada wanita miskin yang ditangani oleh bidan.
2.3 Masalah Profesional
Tugas
pertama yang sulit adalah meneliti kembali nama bidan itu sendiri, itu tidak
sama dengan ketika latihan dalam praktek kebidanan. Bidan sangat penting di
pelayanan kesehatan sejak Perang Dunia II dan proporsi yang besar di rumah
sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan untuk daerah sekitar rumah sakit
tersebut. Peningkatan rumah sakit dan persatuan perawat dan peningkatan ahli
kebidanan yang lebih menekankan pada teknologi menyebabkan mundurnya kebidanan.
Tapi, situasi itu berakhir pada saat Amerika Utara menilai kepemimpinan perawat
dan kepemimpinan bidan yang memutuskan bahwa bidan berhak mendapat penghargaan
pertama dan penghargaan kedua diberikan kepada keperawatan. Penghargaan itu
sangat penting untuk peningkatan profesi kebidanan. Kita tahu di beberapa
negara mengkombinasi keperawatan dan kebidanan dalam seorang tenaga kesehatan,
hal itu terjadi di pulau kecil dan pelatihan klinik sekarang semakin baik
menuju standar internasional sedikit lebih baik daripada masa yang
lalu.
2.4 Pegembangan Profesi Bidan
Pemerintah
melihat adanya peningkatan kebidanan dengan pemberian asuhan yang bermanfaat.
Shearman Report (NSWI, 1989) telah menemukan cara awal untuk mengatur strategi
perawatan yang berkesinambungan. Having a baby in Victoria (Depkes Victoria,
1990) melaporkan sebuah revie pelayanan kesehatan pada wanita dan keluarga.
Maksudnya pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. “Perawatan efektif pada
kelahiran” CNH dan MRC, 1996 menyimpulkan bahwa perawatan yang berkesinambungan
akan menjadi tujuan perawatan kesehatan ibu.
2.5 Masalah Regional
Negara
tetangga Australia yaitu Papua Nugini, Pulau Solomon memiliki angka kematian
yang sangat tinggi. Rosaline lapar , seorang pemenang piagam Maria Gibran pada
ICM di Oslo yang sekarang berada di Universitas Tehnologi Sidney sebuah video
yang digunakan untuk melatih asisten bidan di desa dengan cara ibu berbaring
setelah melahirkan kepala dan bahu , dan melahirkan plasenta dengan menarik
tali pusat secara terkendali. Cara ini banyak diakui oleh negara bagian barat
yang mengatakan hal ini tidak hanya berbeda dari biasanya untuk pendidikan
bidan di Australia. Mahasiswa kebidanan harus menjadi perawat dahulu
sebelum mengikuti pendidikan bidan sebab di Australia kebianan
masih mejadi sub spesialis dalam keperawatan (maternal and child health).
Didalamnya termasuk pendidikan tentang keluarga berencana ,
kesehatan wanita , perawatan ginokologi , perawatan anak , kesehatan anak dan
keluarga serta kesehatan neonatus dan remaja. Adanya peraturan
ini semakin mempersempit peran dan ruang kerja bidan.
Literatur
yang tersedia bagi mahasiswa kebidanan masih kuran. Kurikulum yang ada
dirasakan hanya sesuai untuk mahasiswa pemula atau menengah saja, sehingga
kadang-kadang mahasiswa yang telah terlatih dikeperawatan kebidanan diberikan
porsi yang sama seperti pemula atau sebaliknya. Mahasiswa yang sebelumnya telah
mendapatkan pendidikan kebidanan di keperawatan akan membawa konsep “sakit”.
Transisi dari filosofi “sakit” ke filosofi “sehat” dalam kebidanan sedikit
banyak menyulitkan mahasiswa.
Beberapa
tahun setelah Australia mengadakan pelatihan kebidanan , datang para pendidik
yang membuka Universitas ang memiliki cara tersendiri untuk menghasilkan tenaga
yang berkualitas. Pada waktu yang sama pemerintah mendukung bidan dalam
meperluas peran mereka. Luasnya pengalaman culup diterima masyarakat dibeberapa
tempat tetapi juga mengurangi resiko yang akan terjadi. Satu hal lagi yang
perlu diketahui bahwa persalinan didesa tersebut ibu berbaring didaun pisang
yang bersih atau sprei.
Di
negara barat terdapat peraturan dimana wanita melahirkan tidak boleh ditemani
keluarganya , tetapi ada beberapa negara yang menganggap peraturan ini tidak
efektif dan mengatakan bahwa ibu bersalin perlu ditemani oleh suami atau
anggota keluarganya.
2.6 Penerapan Penelitian dalam Praktek
Akhir
dari masalah bidan di kawasan ini adalah penerapan penelitian kedalam praktek,
misalnya pada video yang digunakan di Papua Nugini yang berisi anjuran kepada
bidan untuk meninggalkan tradisi mereka dan memandang pada fakta-fakta yang
ada. Keberadaan bidan di negara masih dipertanyakan karena adanya pengaruh
medicalisasi. Perawat kebidanan tdak boleh menolong persalinan.
Pendidikan
kebidanan di Australia setingkat Universitas, mahasiswanya berasal dari lulusan
degree perawat dan 2 tahun bidan, sedangkan pada tingkat direct entry, masih
sering dipertanyakan oleh perawat. Pada tahun 2000, di University Of Technology
Of Sidney, telah terbentuk S2
2.7 Pendidikan Master Kebidanan di Australia
Pendidikan
bidan merupakan wadah dimana calon bidan ditempat yang nantinya akan
diterjunkan ke masyarakat untuk pengabdian. Pendidikan langsung atau setelah
menempuh pendidikan perawat merupakan pola pendidikan bidan yang awalnya
diterapkan di seluruh dunia, karena memang awalnya profesi bidan masih menjadi
satu dengan profesi keperawatan setelah bidan menemukan jati dirinya yang
berbeda dengan keperawatan maka pola pendidikan khusus bidan pun dikembangkan
di dunia. Di mulai dari tingkat pendidikan bidan yang setara dengan diploma
sampai pasca sarjana.
Disetiap
negara sangat berharap bahwa dengan berkembangnya pendidikan bidan sampai
jenjang master, maka profesionalisme dalam menjalankan praktik kebidanan juga
meningkat.
Hal ini tentu saja yang akan diiringi dengan
menurunnya angka kematian ibu dan bayi serta meningkatan status kesehatan
masyarakat.
Australia
adalah salah satu negara yang juga menyelenggarakan pendidikan kebidanan yang
bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan melalui pendidikan berjejang dan berkelanjutan sampai ke tingkat
mester. Pada umumnya pendidikan di australia terpengaruh oleh model
kolonialisme inggris terhadap penerimaan bidan yang di rekrut dari perawat,
walaupunpada perkembangan terakhir model ini perlahan mulai ditinggalkan dan
mengarah pada pola penidikan khusus bagi bidan.
Agar
mendapatkan pengakuan dan registrasi dari pemerintah ,seorang bidan harus telah
menyelesaikan pendidikan yang diakui oleh pemerintah dimana tempat bidan
berada. Di negara Australia berlaku juga hal yang sama ,yang mana bidan telah
yang mendapatkan registrasi harus sudah mempunyai kualifikasi sebagai perawat
umum sebelum menempuh pendidikan bidan , walaupun sudah ada beberapa bidan
praktik yang terlatih sebelum program ini dicanangkan.
Pendidikan
perawat umum ditempuh dalam waktu tiga tahun. Pendidikan perawat ini adalah
pendidikan bergelar dan mempelajari seluruh aspek kesehatan dan keperawatan
yang setelah tamat diberi gelar “Bachelor of Health Science Nursing”.
Lulusannya dapat bekerja di institusi yang berhubungan dengan keperawatan
psikiatri, geriatric, dan perawatan anak yang mengalami keterlambatan
perkembangan. Beberapa perawat umum juga bekerja di unit kebidanan dan NICU.
Selama
10 tahun terakhir, pendidikan bidan di beberapa Negara bagian Australia telah
berpindah dari pendidikan di rumah sakit menjadi pendidikan di universitas. Ada
yang berpindah secara keseluruhan, ada yang berpindah sebagian (kombinasi dari
rumah sakit dan universitas).
Program
pendidikan yang ditawarkan di universitas berupa “Graduate Diploma” dan ada
pula yang berupa “Master”. Program master biasanya ditempuh dengan kuliah jarak
jauh atau e-learning program, sehingga peserta didik selain dapat bekerja juga
dapat mengembangkan jenjang pendidikannya sampai pada master.
Calon
peserta didik biasanyan harus mempunyai pengalaman kerja minimal dua tahun
sebelum menempuh pendidikan bidan. Sebagian besar program pendidikan di
selesaikan dalam satu tahun dan ada yang dua tahun. Pendidikan bidan jenjang
master telah banyak didirikan oleh universitas-universitas di Negara bagian di
Australia. Beberapa contoh program master sebagai acuan bagi bidan di Indonesia
:
1. NEW
CASTLE UNIVERSITYGelar : M. Mid
v Lama
pendidikan : 7 – 20 bulan (2-5 trimester)
v Row
input
v Bachelor
of Midefery
v Lulusan
diploma yang sudah terregristrasi
v Bidan
yang belum menempuh pendidikan tersebut di atas tetapi juga mempunyai angka
kredit akademik lain sebagai persyaratan seperti :
a. Bidan
yang mempuyai pengalaman klinis kebidanan, pendidik,training dan kwalifikasi
seperti : sertifikat ANC, sertifikat konsultan laktasi,sertifikat Advance Life
Suport Obstetric (ALSO),sertifikat teaching and learning.
b. Bidan
yang mempunyai tulisan ilmiah kebidanan dengan level setara dengan master.
c. Kurikulum
sebanyak 120 unit sks dengan masa didk ditempuh tiap trimester dengan metode
e-learning.
d. Biaya
: beasiswa dari pemerintahan persemakmuran Australia.
e. Pelaksanaan
v Bidan
lulusan diploma
Diploma
bidan biasanya sudah menempuh 60 unit sks, sedangkan diploma lulusan bidan dari
New Castle University telah menempuh 80 unit sks,sehingga bagi diploma bidan
lulusan di luar New Castle University wajib menempuh sks 60 unit utuk melengkapi menjadi
120 unit sks.
v Mata
kuliah wajib
a. Contrac
learning A=10 unit
b. Contrac
learning B=10 unit
c. Mata
kuliah pilihan 40 unit
v Mata
kuliah pilihan masing-masing 10 unit
a. Investigatif
metods for clinical practice
b. Konseling
1
c. Kontemporary
Midewifery
d. Midwifery
pactice issue
e. The
chilbearing woman and herfamily
f. Teaching
and learning in clinical contex
g. Special
care of newborn (mata kuliah yang dianjurkan)
h. Neonatal
Intensive Care Nursing (mata kuliah yang dianjurkan).
i. Leadership
and Management in Practice
j. Leading
Change in Practice
k. Biostatistics
A
l. Research
Protocol Design
m. Epidemiology
A Basic Methods
n. Qualitative
Methods in Health Research
v Bagi
Bidan Non Lulusan Diploma
Bidan
tersebut harus mempunyai kredit akademik yang bisa disetarakan 60 unit atau
sebesar 50 % dari total sks. 120 sks harus tetap diterima, baik melalui laporan
(setifikat – laporan) dan beberapa mata kuliah pilihan.
2. FLINDERS
UNIVERSITY
v Penyelenggara : Diselenggarakan oleh
Fakultas Ilmu Kesehatan
v Gelar : M. Mid
v Jumlah
SKS : 54
SKS
v Tujuan
akhir program Master
1. Memperoleh
ilmu disiplin kebidanan tingkat aduance meliputi tingkat konseptual dan promosi
praktik kebidanan yang lebih baik.
2. Mampu
berpartisipasi dalam pertolongan persalinan, meliputi perencanaan,
implementasi, dan penelitian kebidanan
3. Mampu
mendomantraksikan praktik kebidanan berdasarkan penelitian kebidanan dan
praktik kebidanan yang baik.
4. Mengaplikasi
etik dan konsep teoritis untuk analisis dan pengembangan keputusan klinik yang professional
5. Mengembangkan
kualitas praktik kebidanan dalam tatanan praktik dengan kritikal analisis dan
pemikiran reflektif
6. Menganalisis
lingkungan yang mempengaruhi kebidanan persalinan pada multikultural masyarakat
7. Mengembangkan
kepemimpinan pada profesi kebidanan
8. Berkontribusi
secara profesional baik dalam politik dan sosial kultur berhubungan dengan
kebidanan dan komunitas
9. Mendemontrasikan
pemahaman kemampuan aturan yang berkaitan dengan kebidanan.
v Syarat
Pendaftaran
diprogram master kebidanan harus seorang yang telah lulus sebagai perawat
kebidanan atau yang setara dengan kualifikasi yang telah disetujui oleh
fakultas, harus sudah menjadi bidan yang terregrestrasi, dan sudah mempunyai
sertifikat praktik.
v Program
Studi
Untuk
memenuhi kualifikasi magister kebidanan, mahasiswa harus menempuh 54 sks dan
semuanya harus lulus dengan baik dan tidak terdapat mata kuliah pilihan pada
program ini.
v Mata
Kuliah Utama
ü Mata
Kuliah Utama
a. Issue
and Methods in Nursing and Midwifery Research 6 unit
b. Epidemiology
for Nurses and Midwifes 3 unit
c. Qualitative
Research 3 unit
d. Health
Statistics 3 unit
e. Clinical
Science for Midwifes 6 unit
f. Sociology
of Chilbirth 3 unit
g. Elective
topic 3 unit
h. Thesis
36 unit
ü Pathway
2 (tidak ditawarkan pada 2008)
a. Midwifery
19 unit
b. Midwifery
29 unit
c. Research
project 18 unit
ü Pathway
3 (tidak ditawarkan pada 2008)
a. Midwifery
19 unit
b. Midwifery
29 unit
c. Practice
project in Nursing and midwifery 9 unit
d. Elective
topics 9 unit
ü Elective
Topik (tidak semua topik diselenggarakan tiap tahun atau semester)
a. Midwifery
History and Politics 6 unit
b. Law
and Ethic for Advanced Practice 3 unit
c. Introduction
to Clinical Audit unit
d. Conducting
a clinical Audit 3 unit
e. Independent
Study 3 unit
f. Independent
Study 6 unit
g. Therapeutic
Touch : Complementary Healing Modality in Heart and Illnes 3 unit
h. Infertility
and issue in Asissted Reproduction 6 unit
i.
Independent Study 4,5 unit
3.
JAMES COOK UNIVERSITY (JCU) –
QUEENSLAND
v Gelar :
Master Midwifery
v Proses
Pembelajaran
Program
master kebidanan bersifat fleksibel, mahasiswa bisa full time bisa part time.
Jumlah beban sks yang harus ditempuh oleh mahasiswa sebesar 36 sks. Untuk
mahasiswa diploma kebidanan dari James Cook University harus menempuh maksimal
24 kredit poin sedangkan mahasiswa selain lulusan James Cook University atau
mahasiswa yang berlatar belakang praktik bidan di rumah sakit harus menempuh
mata kuliah tambahan yang relevan dengan jurusan kebidanan dengan
jumlah angka kredit maksimal 18 sks.
v Tujuan
Program Master
1.
Mencetak bidan yang kompeten dalam
memberikan pelayanan kebidanan yang baik sesuai dengan wewenangnya.
2.
Bidan yang mempunyai legal aspek dan
etik profesi.
3.
Bidan yang mampu menghargai kepercayaan
dan nilai-nilai yang terkait dalam praktik kebidanan dalam seluruh latar
belakang sosial budaya.
4.
Bidan yang mampu memberikan pelayanan
kebidanan berdasarkan hasil penelitian.
5.
Bidan yang mempunyai fungsi mandiri
dalam kolaborasi dalam tim.
6.
Mampu melakukan penelitian yang sesuai
dengan bidang keilmuan.
v Mata
Kuliah
ü Mata
Kuliah Level 1
a. Phisicologycal
Processes in Midwifery
b. Phatophysiological
Processes in Midwifery
c. Precnancy,birth
and Postnatal Midwifery Care
d. Midwifery
Care in ‘At Risk’ Events
ü Mata
kuliah Level 2
a. Perinatal
Critical Care and the Pregnant Women
b. Research
: Theory and Methodology
c. Professional
Midwifery Care
d. Elective
Subject
ü Mata
Kuliah Level 3
a. Advanced
Midwifery Care
b. Dispute
Resolution : A Nursing Prespective
c. Independent
Project atau Clinical Govermance Project
d. Elective
Subject
ü Mata
Kuliah pilihan yang bisa diambil mahasiswa pogram master
a.
Family Planning Queensland Introduction
to Sexsual and Reprodoctive Health Theory
b.
Flamily Planning Queensland Pap Smear
Provide Module
c.
QNC – Accredited Immunation indorsement
Program
v
Jadwal Pelaksanaan Perkuliahan
ü Mata
Kuliah Periode 1 (February-June)
a.
Advanced Pshicologycal Nursing
b.
Nursing inqueiry for Specialist Practice
c.
Reseacrh : Proposal Writing (1)
d.
Clinical Govermance Project
e.
Introduction to Nurse Education
f.
Contemporary Issue in Nurse Education
g.
Advanced Surgical Nursing (tidak
diselenggarakan pada tahun 2008)
h.
Qualitatif Data Management in Nursing (1)
ü Mata
Kuliah Periode 2 (August-December)
a. Advanced
Pshycologycal Nursing
b. Nursing
inqueiry for Specialist Practice
c. Reseacrh
: Proposal Writing (1)
d. Clinical
Govermance Project
e. Clinical
Teaching in Nursing
f. Implementation
of Clinical Teaching StrategiesContemporary Issue in Acute Care Nursing (akan
dibuka pada tahun 2009)
g. Nursing
Management Across the Health Sector
h. Advanced
Medical Nursing
i.
Nursing Leadership
v Output
Program
magister kebidanan ini mempersiapkan lulusannya utuk menjadi bidan praktik yang
mempunyai :
a. Fungsi
sebagai bidan praktik yang berkompeten sebagai bidan fasilisator dalam
kehamilan, persalinan, nifas tanpa komplikasi.
b. Fungsi
interdependen dalam berkooperatif dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
pelayanan asuhan kebidanan meliputi pelayanan kehamilan, persalinan, nifas
dengan komplikasi.
c. Fungsi
sebagai pendidik dan konselor dalam keluarga dan keluarga berencana.
v Syarat
Telah
menempuh pendidikan bidan (program diploma kebidanan) dan menjadi bidan yang
terregristrasi dalam lingkungan negara Australia. Pendaftar yang memenuhi
syarat tersebut, maka pengalaman praktiknya tidak akan di perhitungkan.
Pendaftaran untuk program ini dilakukan 2 kali dalam satu tahun
v Pembiayaan
Pembiayaan
program ini bisa dipilih dari beasiswa Negara persemakmuran (dengan syarat
tertentu) atau biaa sendiri.
4.
MASSEY UNIVERSITY (NEW ZEALAND)
v Gambaran
Umum
Progam
master kebidanan ini diperuntukan kepada semua praktisi bidan/bidan yang
bekerja di klinik dan tertarik untuk meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan
kebidanan. Prose pembelajaran yang diselenggarakan secara moduler dan fleksibel
meliputi beberapa mata kuliah yang mendukung praktik kebidanan. Program master
kebidanan ini diselenggarakan untuk mengembangkan kemampuan bidan terutama
untuk bidang penelitian dan ketrampilan klinik yang lebih baik , serta dibuku
untk tenaga professioal lain yang bekerja dibidang ibu, bayi,dan keluarga.
v Tujuan
Program Master Kebidanan
1.
Mengembangkan kemampuan bidan dalam
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan klinik melalui metode pembelajaran
teori, praktik klinik dan tugas mandiri yang digabung dalam peelitian
berdasarkan avidence based.
2.
Menyediakan pendidikan bagi para bidan
sebagai alternatif dan Master of Art / Master of Philosophy, dengan kualifikasi
yang sama dengan lulusan pascasarjana.
v Lulusan
Lulusan dari program Master ini kan
melanjutkan memberikan asuhan kebidanan dalam berbagai aspek sesuai
kewenanganya dan mampu untuk melakukan penelitian dibidang yang terkait .
mereka diharapkan mamapu memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan
bagi bidan yang belum melanjutkan pendidikannya serta membantu pemerintah dalam
menyusun kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan maternal.
v Mata
Kuliah
Master of Midwifery (M.Mid)
merupakan program yang teritekgrasi yang mempunyai mata kuliah yang mendukung
pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang kebidanan melalui gabungan dari
pembelajaran teori , praktik klinik , dan proyek.
v Mata
Kuliah Wajib (Teori)
1.
Midwifery Knowledge Philosophy
2.
Avidence Based Midwifery Practice
3.
Health Research Design Methods Practicum
4.
Research Report
v
Mata Kuliah Pilihan
a.
Mata Kuliah Pilihan I (mahsiswa
diwajibkan memilih satu mata kuliah)
b.
Mata Kuliah Pilihan II(mahasiswa
diwajibkan memilih satu atau dua mata kuliah)
5.
GRIFFITH UNIVERSITY
v Nama
Program : Master of
Midwifery
v Gelar : M.Mid
v Lokasi : Logan Campus
v Penyelenggara : School of Nursing and Midwifery
v Lama
Pendidikan : 1 tahun full
time and 2 tahun part time
v SKS : 80 SKS
v Row
Input
Program
Master kebidanan ini disiapkan bagi perawat yang terregristrasi dan bidan
klinik yang professional. Program ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan
, sikap dan keterampilan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan bagi klien dan
keluarga.
v Jenis
Program yang dibuka
Program code
|
Program title
|
Campus
|
Semester Intake
|
5230
|
Master of Midwifery
|
Logan
|
S1 / S2
|
5244
|
Master of Midwifery
with Honours
|
Logan
|
S1 / S2
|
v Syarat
yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Master of Midwifery (M.Mid)
mahasiswa harus :
1.
Menyelesaikan 60 SKS
2.
Ditambah 20 kredit Point untuk
penelitian
3.
Ditambah jam praktik klinik dapat
dilaksanakan mahasiswa 2-3 hari selama seminggu di semester I dan pada saat
libur semester.
v Syarat
yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Master of Midwifery with Honours
(MMid) mahasiswa harus :
1. Menyelesaikan
60 SKS bobot inti kebidanan
2. Ditambah
20 SKS penelitian
3. Ditambah
40 SKS disertasi
v Mata
kuliah
1.Master
of Midwifery (80 SKS)
a.
Full Time
Full Time Course List
|
||||
Year
|
Semester
|
Cataloc Numbers
|
Course
|
SKS
|
1
|
I
|
7951NRS
|
Pre and Postnatal Midwifery
|
20
|
1
|
I
|
7952NRS
|
Promoting Normal Childbith
|
20
|
1
|
II
|
7019NRS
|
Quantitative Research
|
10
|
1
|
II
|
7018NRS
|
Quantitative Reseacrh
|
10
|
1
|
II
|
7054NRS
|
Complication of Childbirth
|
20
|
b.
Part Time
Part Time Course List
|
||||
Year
|
Semester
|
Cataloc Number
|
Course
|
SKS
|
1
|
I
|
7951NRS
|
Pre and Postnatal
Midwifery
|
20
|
1
|
II
|
7952NRS
|
Promoting Normal
Childbirth
|
20
|
1
|
II
|
7019NRS
|
Quantitative Research
|
10
|
1
|
II
|
7018NRS
|
Quantitative Research
|
10
|
1
|
II
|
7054NRS
|
Complication of
Childbirth
|
20
|
2.
Midwifery with Honours
a.
Full Time
Selain menyelesaikan 80
SKS mahasiswa harus menyelesaikan tambahan 40 SKS melalui :
Full Time Course List
|
||||
Year
|
Semester
|
Cataloc Numbers
|
Course
|
SKS
|
3
|
I
|
7999 NRS P1
|
Dissertation 1
|
10
|
3
|
I
|
7999 NRS P2
|
Dissertation 2
|
10
|
3
|
I
|
7999 NRS P3
|
Dissertation 3
|
10
|
3
|
I
|
7999 NRS P4
|
Dissertation 4
|
10
|
b. Part
Time
Part Time Course List
|
||||
Year
|
Semester
|
Cataloc Numbers
|
Course
|
SKS
|
3
|
I
|
7999 NRS
P2
|
Disertation 2
|
10
|
3
|
I
|
7999 NRS P3
|
Disertation 3
|
10
|
3
|
I
|
7999 NRS P4
|
Disertation 4
|
10
|
3
|
I
|
7999 NRS P5
|
Disertation 5
|
10
|
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari
uraian diatas , maka dapat dimbil kesimpulan yakni sejarah perkembangan di
Australia khususnya pada pendidikan kebidanan mengalami perkembngan yang sangat
pesat. Pendidikan perkembangan di Australia bertujuan untuk meningkatkan
professionalisme bidan dalam memberikan asuhan kebidanan melalui pendidikan
berjenjang dan berkelanjutan sampai ketingkat master.
Dari
5 universitas yang menyelenggarkan program pendidikan magister yang
ada di Negara bagian Australia ditmui beberapa persamaan model program meliputi
:
1.
Program
pendidikan :
Master of midwifery
2.
Gelar : M.Mid
3.
Row Input
Bidan
atau perawat yang telah lulus diploma kebidanan dengan kualifikasi sudah
terregristrasi, bekerja secara klinik dibidang kebidanan, yang disertai dengan
sertifikasi kemampuan-kemampuan yang lain yang berhubungan dengan kebidanan.
4.
Beban
Studi :
Rata-rata 40-120 SKS
5.
Lama
Pendidikan :
1-3tahun (2-5 trimester)
6.
Mata Kuliah
Mata
kuliah yang diajarkan melalui pengetahuan dan keterampilan yang berbasis
kompetensi kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi/anak fisiologi maupun
patologis) sesuai dengan issue yang berkembang dan berdasarkan evidence based,
pengetahuan tentang hukum, epidminology, keluarga berencana, psikologi,
kemampuan penelitian setingkat master
7.
Metode Pembelajaran
Lebih
ditekankan pada pembelajaran SPICES :
ü Student
Centre
ü Problem
Based
ü Integrited
ü Community
Based
ü Elective
ü Sistematic
8.
Tujuan Program
Upaya
pengembangan kemampuan bidan dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
klinik melalui metode pembelajaran teori dan praktek klinik serta tugas mandiri
yang dipadukan dengan penelitian berdasarkan evidnce based, dapat ikut serta
dalam pengembangan pendidikan bagi bidan yang belum melanjutkan pendidikan
serta membantu pemerintah dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dngan
pelayanan kesehatan maternal dan nonatal.
3.2 Saran
Karena
mengingat perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan saat ini, kami
menyarankan agar setiap orang lebih memahami sejarah perkembangan kebidanan
tidak hanya di Australia saja melainkan di negara lainnya juga. Dengan itu,
kita akan dapat membandingkan dan dapat di tela’ah mengenai hal positif dan
negatif dari perbedaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
SEJARAH
PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pelayanan dan
pendidikan kebidanan nasional maupun internasional terjadi begitu cepat. Hal
ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan
hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya
bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan.
Salah satu faktor yang
menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih
tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya
di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%.
Mengingat hal diatas, maka
penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan
kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan
kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti
perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal
atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik
melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai.
B. Masalah
Dari latar berlakang yang telah
dikemukakan di tas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah Bagaimanakah
sejarah perkembangan dan pelayanan kebidanan?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan sejarah perkembangan dan
pelayanan kebidanan.
D. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai
yaitu penulis dan pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang
sejarah perkembangan dan pelayanan kebidanan.
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Pelayanan Kebidanan di
Indonesia
Pada zaman pemerintahan Hindia
Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan
adalah dukun. Pada tahun 1807, di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hendrik
William Daendles, para dukun dilatih untuk melakukan pertolongan persalinan,
tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak tersedianya pelatih
kebidanan.
Pelayanan kesehatan pada saat
itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia.
Kemudian pada tahun 1849, dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia, tepatnya di
Rumah Sakit Militer Belanda yang sekarang dikenal dengan RSPAD Gatot Subroto.
Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka
pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer
Belanda bernama dr. W. Bosch. Lulusan sekolah ini kemudian bekerja di rumah
sakit dan juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak
dilakukan oleh dukun dan bidan.
Pada tahun 1952, mulai diadakan
pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan
persalinan. Pelatihan untuk para dukun masih berlangsung sampai sekarang.
Pelatihan ini diberikan oleh bidan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan
tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat di
lakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan
Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta, yang akhirnya dilakukan pula di
kota-kota besar lainnya di nusantara ini. Seiring dengan pelatihan tersebut,
didirikan pula Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dengan bidan sebagai
penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan mencakup
pelayanan antenatal, postnatal, pemeriksaan bayi dan anak, termasuk imunisasi
serta penyuluhan gizi. Sedangkan di luar BKIA, bidan memberi pertolongan
persalinan di rumah keluarga dan melakukan kunjungan rumah sebgai upaya tindak
lanjut pascapersalinan.
Bermula dari BKIA, kemudian
terbentuklah suatu pelayanan terintegrasi bagi masyarakat yang dinamakan Pusat
Kesahatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberi pelayanan
di dalam gedung dan di luar gedung dan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan
yang bertugas di Puskesmas berfungsi memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu
dan anak, termasuk pelayanan keluarga berencana baik di luar gedung maupun di
dalam gedung. Pelayanan kebidanan yang diberikan di luar gedung adalah
pelayanan kesehatan keluarga dan pelayanan di pos pelayanan terpadu (Posyandu).
Pelayanan di Posyandu mencakup lima kegiatan yaitu pemeriksaan kehamilan,
pelayanan keluarga berencana, imunisasi, gizi, dan kesehatan lingkungan.
Mulai tahun 1990, pelayanan
kebidanan diberikan secara merata dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kebijakan ini merupakan Instruksi Presiden (Inpres) yang disampaikan secara
lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992. Kebijakan ini mengenai perlunya mendidik
bidan untuk ditempatkan di desa. Tugas pokok bidan di desa adalah sebagai
pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil,
bersalin, dan nifas, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk
pembinaan dukun bayi (paraji). Sehubungan dengan itu, bidan desa juga menjadi
pelaksana pelayanan kesehatan bayi dan keluarga berencana yang dilakukan
sejalan dengan tugas utamanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan ibu. Dalam
melaksanakan tugas pokoknya, bidan desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu
dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan Posyandu di wilayah kerjanya,
serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat.
Hal tersebut di atas adalah
bentuk pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan bidan di desa
berorientasi pada kesehatan masyarakat, sedangkan bidan yang bekerja di rumah
sakit berorientasi pada individu. Tugas bidan di rumah sakit mencakup pelayanan
di poliklinik antenatal, poliklinik keluarga berencana, ruang perinatal, kamar
bersalin, kamar operasi kebidanan, dan ruang nifas. Bidan di rumah sakit juga
memberi pelayanan bagi klien yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi,
mengajarkan senam hamil, serta memberi pendidikan perinatal.
Titik tolak Konferensi Kependudukan
Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada kesehatan reproduksi (reproductive
health), memperluas area garapan pelayanan bidan, area tersebut meliputi :
- Safe
motherhood;
termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus.
- Keluarga berencana
- Penyakit menular seksual termasuk infeksi
saluran alat reproduksi
- Kesehatan reproduksi remaja
- Kesehatan reproduksi orang tua
Bidan dalam melaksanakan peran,
fungsi, dan tugasnya didasarkan pada kemampuan serta kewenangan yang diberikan.
Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes).
Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat serta kebijakan pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut terdiri atas :
- Permenkes No. 5380/IX/1963 yang menyatakan
bahwa wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara
mandiri, didampingi tugas lain.
- Permenkes No. 363/IX/1980 yang kemudian diubah
menjadi Permenkes 623/1989, menyatakan bahwa wewenang bidan dibagi menjadi
dua, yaitu wewenang umum dan khusus. Dalam wewenang khusus ditetapkan
bahwa bidan melaksananan tindakan khusus di bawah pengawasan dokter. Hal
ini berarti bahwa bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak bertanggung
jawab dan bertanggung gugat atas tindakan yang dilakukan. Berdasarkan
Permenkes ini, bidan melaksanakan praktik perorangan di bawah pengawasan
dokter.
- Permenkes No. 572/VI/1996 yang mengatur tentang
registrasi dan praktik bidan. Bidan dalam melaksanakan praktiknya diberi
kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai kemampuan dalam
melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup
a. Pelayanan kebidanan yang
meliputi pelayanan ibu dan anak
b.
Pelayanan keluarga berencana
c. Pelayanan kesehatan masyarakat
- Permenkes No. 900.Menkes/SK/VII/2002 yang
mengatur tentang registrasi dan praktik bidan. Bidan dalam melaksanakan
praktiknya diberi kewenangan untuk memberikan pelayanan yang meliputi
a. Pelayanan kebidanan yang
meliputi pelayanan pranikah, antenatal, intaranatal, postnatal, bayi baru
lahir, dan balita.
b. Pelayanan keluarga berencana
yang meliputi pemberian obat dan alat kontrasepsi melalui oral, suntikan,
pemasangan dan pencabutan AKDR dan AKBK tanpa penyulit.
Dalam melaksanakan tugasnya,
bidan melakukan kolaborasi, konsultasi, dan rujukan sesuai dengan kondisi
pasien, kewenangan, serta kemampuannya. Wewenang bidan dalam pelayanan
kebidanan di bidang keluarga berencana mencakup penyediaan alat kontrasepsi :
oral (pil KB), suntik, kondom, tisu vaginal, alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR), alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), baik pemasangan maupun pencabutan.
Pada keadaan darurat, bidan juga diberi wewenang untuk memberikan pelayanan
kebidanan yang ditujukan untuk menyelamatkan jiwa (misalnya: kuretasi digital
untuk mengangkat sisa jaringan pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dan
hipotermia).
Permenkes tersebut juga
menegaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya harus sesuai dengan
kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman, serta berdasarkan standar
profesi. Di samping itu, bidan diwajibkan merujuk kasus-kasus yang tidak dapat
ditangani, menyimpan rahasia, meminta persetujuan untuk tindakan yang akan
dilaksanakan, memberi informasi, serta membuat rekam medis dengan baik.
Petunjuk pelaksanaan yang lebih rinci mengenai kewenangan bidan terdapat pada
petunjuk pelaksanaan (jutlak) yang dituangkan dalam Lampiran Keputusan Dirjen
Binkesmas No. 1506/tahun 1997.
Pencapaian kemampuan bidan
sesuai dengan Permenkes 572/1996 tidak mudah, karena kewenangan yang diberikan
oleh Departemen Kesehatan mengandung tuntutan bahwa bidan sebagai tenaga
profesional harus memiliki kemampuan profesi yang mandiri. Pencapaian kemampuan
tersebut diperoleh melalui institusi pelayanan yang meningkatkan kemampuan bidan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Perkembangan pelayanan
kebidanan menuntut kualitas bidan yang handal dan profesional serta upaya
pemantauan (monitoring) pelayanan. Oleh karena itu, adanya Konsil Kebidanan
adalah suatu keharusan. Pendidikan bidan yang berorientasi pada profesioanl dan
akademik serta memiliki kemampuan melakukan penelitian adalah suatu terobosan
dan syarat utama untuk percepatan penigkatan kualitas pelayanan kebidanan.
B. Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Dalam
Negeri
Pendidikan bidan berhubungan
dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan beriringan untuk
memenuhi kebutuhan/tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kebidanan. Pendidikan
bidan mencakup pendidikan formal dan nonformal.
Pendidikan bidan dimulai pada
masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1851, seorang dokter militer Belanda
(Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia.
Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta didik akibat
adanya larangan ataupun pembatasan bagi wanita untuk keluar rumah.
Pendidikan bidan bagi wanita
pribumi dibuka kembali di Rumah Sakit Militer di Batavia pada tahun 1902. Pada
tahun 1904, pendidikan bidan bagi wanita Indonesia juga dibuka di Makassar.
Lulusan dari pendidikan ini harus bersedia ditempatkan di mana pun tenaga
mereka dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang tidak/kurang mampu secara
cuma-cuma. Lulusan ini mendapat tunjangan dari pemerintah kurang lebih 15-25
Gulden per bulan. Kemudian dinaikkan menjadi 40 Gulden per bulan (tahun 1922).
Tahun 1911-1912 dimulai program
pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di Rumah Sakit Umum Pusat
Semarang dan Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo di Batavia dengan lama
pendidikan selam empat tahun. Calon murid berasal dari lulusan Holandia
Indische School (setingkat SD selama 7 tahun) dan pada awalnya hanya menerima
peserta didik pria. Pada tahun 1914, peserta didik wanita mulai diterima untuk
mengikuti program pendidikan tersebut. Setelah menyelesaikan pendidikan
tersebut, perawat wanita dapat meneruskan ke pendidikan kebidanan selama dua
tahun, sedangkan perawat pria dapat meneruskan ke pendidikan keperawatan
lanjutan juga selama dua tahun.
Pada tahun 1935-1938,
pemerintah colonial Belanda mulai membuka pendidkan bidan lulusan Mulo
(Setingkat SMP) dan pada waktu yang hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di
beberapa kota besar antara lain di Jakarta (RSB Budi Kemuliaan) serta di
Semarang (RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo). Di tahun yang sama dikeluarkan
sebuah peraturan yang mengklasifikasikan lulusan bidan berdasarkan latar
belakang pendidikan. Bidan dengan dasar pendidikan Mulo dan pendidikan
kebidanan selama tiga tahun disebut Bidan Kelas Satu (Vroedvrouw tweede klas).
Perbedaan ini menyangkut ketentuan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan. Pada
zaman penjajahan Jepang, pemerintah mendirikan sekolah perawat atau sekolah
bidan dengan nama dan dasar yang berbeda, namun memiliki persyaratan yang sama
dengan zaman penjajahan Belanda. Peserta didik kurang berminat memasuki sekolah
tersebut dan mereka mendaftar karena terpaksa, karena tidak ada pendidikan
lain.
Pada tahun 1950-1953, dibuka
sekolah bidan untuk lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun dan lama
pendidikan tiga tahun. Mengingat kebutuhan tenaga untuk menolong persalinan
cukup banyak maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang disebut Penjenjang
Kesehatan E (PK/E) atau pembantu bidan. Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun
1976 dan setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2
tahun kebidanan dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar melanjutkan pendidikan
bidan selama dua tahun.
Tahun 1953 dibuka Kursus
Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta, lamanya kursus antara 7 sampai dengan 12
minggu. Pada tahun 1960, KTB dipindahkan ke Jakarta. Tujuan dari KTB ini adalah
untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan mengenai perkembangan program KIA
dalam pelayanan kesehatan masyarakat sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai
bidan, terutama menjadi bidan di BKIA. Pada tahun 1967, KTB ditutup.
Tahun 1954 dibuka pendidikan
guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat dan perawat kesehatan
masyarakat di Bandung. Pada awalnya, pendidikan ini berlangsung satu tahun
kemudian menjadi dua tahun dan terakhir berkembang menjadi tiga tahun. Pada
awal tahun 1972, institusi pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat
(SGP). Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan sekolah
bidan.
Pada tahun 1970, dibuka program
pendidikan bidan yang menerima lulusan dari Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah
dua tahun pendidikan bidan yang disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan
Kebidanan (SPLJK). Pendidikan ini tidak dilaksanakan secara merata di seluruh
provinsi.
Pada tahun 1974, mengingat
jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat banyak (24 kategori),
Departemen Kesehatan melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan
nonsarjana. Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)
dengan tujuan menciptakan tenaga multitujuan di lapangan yang salah satu
tugasnya adalah menolong persalinan normal. Akan tetapi, karena adanya
perbedaan falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan kemampuan
seorang bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan tidak
tercapai atau terbukti tidak berhasil.
Pada tahun 1975 sampai 1984,
institusi pendidikan bidan ditutup sehingga selama 10 tahun tidak menghasilkan
bidan. Namun organisasi profesi bidan (IBI) tetap ada dan hidup dengan wajar.
Tahun 1981 dibuka pendidikan
diploma I kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan
(SPK) dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan. Pendidikan ini
hanya berlangsung satu tahun dan tidak dilakukan oleh semua institusi.
Pada tahun 1985, dibuka lagi
program pendidikan bidan (PPB) yang menerima lulusan dari PR dan SPK. Pada saat
itu, dibutuhkan bidan yang memiliki kewenangan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan ibu dan anak setta keluarga berencana di masyarakat. Lama pendidikan
satu tahun dan lulusannya dikembalikan kepada institusi yang mengirim.
Tahun 1989 dibuka program
pendidikan bidan secara nasional yang membolehkan lulusan SPK untuk langsung
masuk program pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai Program Pendidikan
Bidan A (PPB/A) dengan lama pendidkan satu tahun. Lulusannya ditempatkan di
desa-desa dengan tujuan memberi pelayanan kesehatan terutama pelayanan
kesehatan terhadap ibu dan anak di daerah pedesaan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan keluarga dan menurunkan angka kematian ibu dan anak. Untuk itu,
pemerintah menempatkan seorang bidan di tiap desa sebagai pegawai tidak tetap
(Bidan PTT)-kontrak dengan pemerintah selama tiga tahun yang kemudian dapat
diperpanjang sampai 2-3 tahun lagi.
Penempatan bidan di desa (BDD)
ini menyebabkan orientasi sebagai tenaga kesehatan berubah. BDD harus
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya tidak hanya kemampuan klinis sebagai bidan
tetapi juga kemampuan untuk berkomunikasi, konseling, dan kemapuan untuk
mengerakkan masyarakat desa dalam meningkatkan taraf kesehatan ibu dan anak.
Program Pendidikan Bidan A diselenggarakan dengan peserta didik yang cukup
banyak. Diharapkan pada tahu 1996, sebagian besar desa sudah memiliki inimal
seorang bidan. Lulusan pendidikan ini kenyataannya juga tidak memiliki
pengetahuan dan keterampilan seperti yang diharapkan sebagi seorang bidan
profesional, karena lama pendidikan yang terlalu singkat (hanya satu tahun) dan
jumlah peserta didik yang terlalu besar. Kesempatan peserta didik untuk praktik
di klinik kebidanan sangat kurang sehingga tingkat kemampuan yang seharusnya
dimiliki oleh seorang bidan profesional tidak dapat tercapai.
Pada tahun 1993, dibuka
Pendidikan Bidan Program B yang peserta didiknya dari lulusan akademi perawat
(Akper) dengan lama pendidikan satu tahun. Tujuan program ini adalah menyiapkan
tenaga pengajar Pendidikan Program Bidan A. hasil penelitian terhadap kemampuan
klinis kebidanan lulusan ini menunjukkan bahwa kompetensi bidan yang diharapkan
tidak tercapai karena lama pendidikan yang terlalu singkat yaitu hanya satu
tahun. Pendidikan ini hanya berlangsung selama dua angkatan (1995-1996)
kemudian ditutup.
Pada tahun 1993, juga dibuka
Pendidikan Bidan Program C yang menerima murid dari lulusan SMP. Pendidikan ini
dilakukan di 11 provinsi yaitu Aceh, Bengkulu, Lampung, dan Riau (wilayah
Sumatera); Kalimanta Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan (wilayah
Kalimantan); Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Irian Jaya.
Pendidikan ini memiliki kurikulum 3700 jam dan dapat diselesaikan dalam waktu
enam semester.
Selain program pendidikan bidan
di atas, sejak tahun 1994-1995 pemerintah juga menyelenggarakan uji coba
Pendidikan Bidan Jarak Jauh (distance learning) di tiga provinsi yaitu Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kebijakan ini dilaksanakan untuk memperluas
cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan. Pengaturan penyelenggaraan ini
telah diatur dalam SK Menkes No. 1247/Menkes/SK/VII/1994.
Diklat Jarak Jauh (DJJ) bidan
ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan bidan agar
mampu melaksanakan tugasnya serta diharapkan dapat memebri dampak pada
penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. DJJ Bidan dilaksanakan
dengan menggunakan modul sebanyak 22 buah.
Pendidikan ini dikoordinasikan
oleh Pusdiklat Depkes dan dilaksanakan oleh Bapelkes di Provinsi. DJJ Tahap I
(1995-1996) dilaksanakan di 15 provinsi. Pada Tahap II (1996-1997), DJJ
dilaksanakan di 16 provinsi dan pada tahap III (1997-1998), DJJ dilaksanakan di
26 provinsi. Secara kumulatif pada tahap I-III, DJJ telah diikuti oleh 6.306
orang bidan dan sejumlah 3.439 (55%) dinyatakan lulus. Pada tahap IV
(1998-1999), DJJ dilaksanakan fi 26 provinsi dengan jumlah tiap provinsinya
adalah 60 orang, kecuali Provinsi Maluku, Irian Jaya, dan Sulawesi Tengah
masing-masing hany 40 orang, dan Provinsi Jambi 50 orang.
Selain pelatihan DJJ, pada
tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal (Life Saving Skill, LSS) dengan materi pembelajaran berbentuk 10
modul. Pelatihan ini dikoordinasikan oleh Direktorat Kesehatan Keluarga Ditjen
Binkesmas., sedangkan pelaksananya dilakukan di rumah sakit provinsi/kabupaten.Ditinjau dari prosesnya, penyelenggaraan ini dinilai
tidak efektif.
Pada tahun 1996, Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan American College
of Nurse Midwife (ACNM) serta rumah sakit swasta mengadakan training of trainer
(TOT) LSS yang pesertanya adalah anggota IBI berjumlah 8 orang, yang kemudian
menjadi tim pelatih LSS inti di Pengurus Pusat IBI. Tim pelatih LSS ini
mengadakan acara TOT dan pelatihan untuk para bidan desa. (yang dilaksanakan di
14 provinsi) dan bidan praktik swasta (yang dilaksanakan secara swadaya) serta
kepada guru/dosen dari diploma kebidanan.
Pada tahun 1995-1998, IBI
bekerja sama dengan Mother Care melakukan pelatihan dan peer review bagi bidan
rumah sakit., bidan puskesmas, serta bidan desa di Provinsi Kalimantan Selatan.
Pada tahun 2000, telah ada tim
pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasikan oleh Materna
Neonatal Health (MNH) yang sampai saat ini telah memberi pelatihan APN di
beberapa provinsi/ kabupaten. Pelatihan LSS dan APN tidak hanya dijukan untuk
bidan di pelayanan tetapi juga bidan yang menjadi guru atau dosen di
sekolah/akademi kebidanan.
Selain melalui pendidikan
formal dan pelatihan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan juga diadakan
seminar dan lokakarya organisasi dengan materi pengembangan organisasi
(Organization Development, OD) dilaksanakan setiap tahun sebanyak dua kali
mulai tahun 1996 sampai tahun 2000 dengan biaya dari UNICEF.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dapat
disimpulkan bahwa perkembangan kebidanan di Indonesia dimulai sejak zaman
Hindia Belanda, yang dimulai dengan pendidikan kedokteran yang hanya di berikan
pada warga Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian berkembang menjadi sekolah
kebidanan yang hasil lulusannya langsung ditugaskan di pelayanan kesehatan.
Kemudian
bidan pun berorientasi menjadi Puskesmas dimana pelayanan yang berpusat di
dalam ruangan dan luar ruangan, dan dilanjutkan dengan pelayanan Posyandu.
Dari
segi pendidikan, bidan mengalami banyak perjalanan untuk mencapai pndidikan
sampai saat sekarang ini. Dimulai dari tahun 1851 dibuka pendidikan untuk bidan
bagi masyarakat pribumi di Batavia. Tahun 1911-1912 dibuka sekolah perawat di
RSUP semarang dan RSCM Batavia selama 4 tahun dengan murid yang berasal dari SD
selama 7 tahun.
Tahun
1935-1938 dibuka pendidikan bidan yang dikenal dengan lulusan mulo yang
berasaldari SMP. Tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dengan lulusan berasal
dari SMP dengan batsa umur 17 tahun
selama 3 tahun. Tahun1953 dibuka kursu Tambahan Bidan(KTB) di Yogyakarta yang
diadakan selama 7-12 minggu namun tahun 1967 ditutup. Tahun 1954 dibuka
pendidikan guru untuk bidan dan perawat secara serentak di Bandung selam 3
tahun.
Tahun
1974 dibuka SPK dan sekolah bidan pun ditutup. Sekolah bidan ditutup selama 10
tahun dan tahun 1981 dibuka pendidikan diploma I yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan perawat SPK. 1985 Program Pendidikan Bidan (PPB) dibuka
selama 1 tahun. Pada tahun 1989 dibuka PPB A selama 1 tahun. Tahun 1993 PPB B
dan lulusan Akper 1 tahun namun tahun 1996 di tutup kembali. Tahun 1993 juga
dibuka pendidikan PPB C bagi lulusan SMP.
IBI
juga bnayak bekerja sama dengan pihak manapun untuk meningkatkan kemampuan
bidan dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, juga untuk menurunkan
angka kematian ibu dan anak di Indonesia. Dibuktikan dengan adanya pelatihan
APN yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan bidan.
Dari
uraian diatas , maka dapat dimbil kesimpulan yakni sejarah perkembangan pendidikan
kebidanan di Indonesia mengalami perkembngan yang sangat pesat. Pendidikan kebidanan
di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan professionalisme bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan melalui pendidikan berjenjang dan berkelanjutan.
3.2 Saran
Karena
mengingat perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan saat ini, kami
menyarankan agar setiap orang lebih memahami sejarah perkembangan kebidanan
tidak hanya di Indonesia saja melainkan di negara lainnya juga. Dengan itu,
kita akan dapat membandingkan dan dapat di tela’ah mengenai hal positif dan
negatif dari perbedaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar