DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
.......................................................................................
1.1 Latar
Belakang
.......................................................................................
1.2 Tujuan
....................................................................................................
a. Tujuan Khusus
..............................................................................
b. Tujuan Umum
...............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
...............................................................................
2.1 Defenisi
..................................................................................................
2.2 Etiologi
...................................................................................................
2.3 Tanda dan gejala
....................................................................................
2.4 Pengaruh KPD
.......................................................................................
2.5 Komplikasi KPD
....................................................................................
2.6 Penangan
................................................................................................
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
...............................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
..........................................................................................
BAB V PENUTUP
....................................................................................................
5.1 Kesimpulan
............................................................................................
5.2 Saran
......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam kehamilan air ketuban
merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan janin dalam
kandungan. Kekurangan atau pun kelebihan air ketuban sangat mempengaruhi
keadaan janin. Oleh karena itu penting mengetahui keadaan air ketuban selama
kehamilan demi keselamatan janin.
Namun dalam kehamilan kadang kala
terjadi pecah ketuban sebelum waktunya atau yang sering disebut dengan ketuban
pecah dini. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi sampai
sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan
infeksi ibu (sarwono 2008).
Ketuban pecah dini didefenisikan
sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Dalam keadaan
normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Sarwono
2008).
1.2 Tujuan
1.
Tujuan umum
Untuk mendeskripsikan asuhan kebidanan pada pasien
KPD, mengetahui penyebab dan tanda-tanda serta gejala KPD
2. Tujuan
khusus
- Mendefinisikan dan menjelaskan terjadinya ketuban pecah dini
- Mengidentifikasi pemeriksaan yang
diperlukan untuk diagnosis
- Mendiskusikan penanganan tepat dan cepat pada ketuban pecah dini dan komplikasinya.
1.3 Manfaat
Penulisan
makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan pada
penderita ketuban pecah sebelum waktunya.
BAB II
ISI
2.1
DEFINISI
Ketuban
Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung
(Manuaba,2002). Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan
37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan.
Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
setelah ditunggu satu jam belum memulainya tanda persalinan(ilmu
kebidanan,penyakit kandungan, dan KB 2010)
Ketuban
merupakan hal yang penting dalam kehamilan karena ketuban memiliki fungsi
seperti:
- Untuk
proteksi
janin.
- Untuk
mencegah perlengketan janin dengan amnion.
- Agar
janin dapat bergerak dengan bebas.
- Regulasi
terhadap panas dan perubahan suhu.
- Mungkin
untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum yang
kemudian dikeluarkan melalui kencing janin.
- Meratakan
tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
Oleh sebab
itu perlu untuk mengetahui asuhan apa yang harus diberikan.
2.2 ETIOLOGI
Ketuban
pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban
pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah
sebagai berikut :
- Inkompetensi
serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang
semakin besar.
- Peninggian
tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
- Trauma
: Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
- Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002) - Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006) - Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
- Kelainan
letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
- Kemungkinan
kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalopelvic
disproporsi).
- Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama. - Penyakit
Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. - Faktor
keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik
- Riwayat
KPD sebelumya
- Kelainan
atau kerusakan selaput ketuban
- Serviks
(leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
2.3 TANDA GAN GEJALA
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti
bau amoniak, Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
2.4
PENGARUH KPD
- TerhadapJanin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal. - TerhadapIbu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.
2.5 KOMPLIKASI KPD
Komplikasi
yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat
terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya
persalinan normal.
- Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten. - Hipoksia
dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat
- Syndrom
deformitas janin
Ketuban
Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi
pulmonal.
2.6 PENANGANAN
- Konservatif
- Rawat di
rumah sakit
Jika ada
perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, curigai adanya kemungkinan
solusioplasenta. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau),
berikanantibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
Jika tidak
ada infeksi dan kehamilan< 37 minggu:
ü
Berikan antibiotika untuk mengurangi
morbiditas ibu dan janin
ü
Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari
ditambah eritromisin 250mg per oral 3x perhari selama 7 hari.
Jika usia
kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beri dexametason,
dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin. Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu,
tidak ada infeksi maka berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24
jam
- Aktif
Kehamilan
lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin. Bila gagal Seksio Caesaria
dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap
6 jam max 4 x. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi
dan persalinan diakhiri.
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
- Pertimbangan
waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah 6, 12, atau 24
jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
- Terdapat
tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan
pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban
Penatalaksanaan
lanjutan :
- Kaji
suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului
kondisi ibu yang menggigil.
- Lakukan
pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah
tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ
ketat dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan
selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi
tali pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.
- Hindari
pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
- Ketika
melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga
hal-hal berikut:
a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
b. Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan - Beri
perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh
gambaranjelas dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi
peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.
BAB IV
TINJAUAN
KASUS
MANAJEMEN
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY M DENGAN KETUBAN PECAH DINI
NO .Med : 659210
Tgl Msk :
07-12-2013
Jam Pngkjian : 22.00 WIB
I. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN
DATA
A. Anamnesa (data sujectif)
1. Biodata/Identitas
Nama Istri : Ny M Nama Suami :
Tn.I
Umur :
21 tahun Umur : 27 tahun
Agama :
Islam Agama : Islam
Suku :
Minang Suku : Minang
Pendidikan :
SMK Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :
swasta
Alamat :
Talawi
No telp :
082387478072
2. Keluhan
utama (pukul 19.15 wib)
Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah. Dari vagina
keluar air.
3. Tanda-tanda
persalinan
Ibu datang pukul 19.15 WIB,
his jarang tiap ½ jamdurasi 2 menit, air ketuban sudah tidak ada.
4. Pengeluaran pervagina
Darah
: ada
Air
ketuban :
ada
5. Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT
: 07-03-2013
b. TP : 14-12-2013 , 39 minggu
c. Hamil muda
·
Keluhan
: mual dan muntah
·
ANC
: 7 kali,
teratur
·
Penyuluhan yang pernah didapat:
makan sedikit tetapi sering dan istirahat yang cukup
d. Hamil tua
·
Keluhan
:
ibu sering BAK
·
ANC : 3 kali,
teratur
·
Terapi yang
didapat :
berikan ibu tablet Fe 1x 1 Tab/hari
e. Pergerakan anak pertama
kali : 16 minggu
6. Riwayat
kehamilan persalinan dan nifas yang lalu:
No
|
Thn partus
|
Tmpt partus
|
Umur hamil
|
Jenis prslinn
|
Peno long
|
Penyulit
|
Anak
|
Nifas
|
Keadaan anak sekarang
|
|||
JK
|
BB
|
PB
|
||||||||||
1
|
h
|
A
|
M
|
I
|
L
|
I
|
N
|
I
|
7. Riwayat KB : tidak ada
8. Riwayat penyakit sistemik yang
pernah diderita atau yang sedang diderita
·
Penyakit jantung
: tidak ada
·
Penyakit ginjal
: tidak ada
·
Penyakit asma
: tidak ada
·
Penyakit
hepatitis : tidak ada
·
Penyakit DM
: tidak ada
·
Epilepsy
: tida ada
9. Riwayat operasi : tidak ada
10. Riwayat penyakit keturunan
·
DM
: tidak ada
·
Epilepsy
: tidak ada
·
Asma
: tidak ada
·
Hemophilia
: tidak ada
·
Kelainan jiwa : tidak ada
11. Keturunan kembar
: tidak ada
12. Kebiasaan sehari hari
Mandi
: 2 kali sehari
Istirahat : 8 jam/24 jam
Makan
: 3 kali sehari
(nasi, ikan, sayur)
BAB/BAK
: BAB
1 kali, BAK 8 kali
Merokok
: tidak
B. Data
Objektif
Pemeriksaan umum
:
·
Keadaan
umum : baik
·
Kesadaran
:
composmentis
·
TD : 120/80 mmHg
·
Suhu
: 36o C
·
Nadi
: 76 X/menit
·
Respirasi : 24 X/menit
·
Berat badan Sebelum hamil
: 48 kg
·
Berat badan sekarang
: 59 kg
·
Tinggi badan
:157 cm
C. Pemeriksaan khusus
1. Inspeksi
a. Kepala
·
Rambut : warna hitam, bersih, tidak
rontok
·
Mata : tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat
·
Muka : tidak pucat, tidak ada cloasma
gravidarum.
·
Hidung : tidak ada pembesaran polip
·
Mulut dan gigi : tidak ada caries, keadaan mulut bersih, tidak
ada stomatitis
·
Telinga : keadaan bersih, fungsi
pendengaran baik
b. Leher
·
kel.gondok
(tyroid)
: tidak ada pembesaran
·
tumor
: tidak ada
·
pembesaran kel.getah
bening : tidak ada pembesaran.
c. Dada
dan axilla
a) Mammae
·
membesar : ya
·
tumor : tidak ada
·
simetris
: ya
·
areola
:
mengalami hiperpigmentasi
·
puting susu : menonjol
·
kolostrum : belum keluar
b) Axilla
·
tumor : tidak
ada
·
nyeri
:
tidak ada nyeri
d. Perut
·
membesar : ya, dengan arah memanjang
·
pelebaran
vena :
tidak
·
linea
alba/nigra :
linea nigra
e. Anogenital
·
Kebersihan
: bersih
·
Oedema
: tidakada
·
Varises
: tidakada
·
Pengeluaran cairan : ada
Lender
: ada
Darah
: ada
f. Ekstremitas
·
Oedema pada jari dan tangan
: tidak ada oedem
·
Oedema pada kedua tungkai
: tidak ada oedema
·
Varices
: tidak ada varices
·
Bentuk bagian atas/
lengan : simetris
·
Bentuk bagian bawah/kaki
: simetris
2. PALPASI
a. kontraksi : baik
frekuensi : 1 x dalam ½ jam
intensitas : 10-20 detik
b. leopold I
:
TFU: 29 cm, Teraba bulat,lunak, tidak
melenting
c. leopold
II :
kanan : teraba bagian bagian terkecil janin
kiri : teraba keras, memanjang
d. leopold
III : teraba bulat,
kera, melenting
e. leopold
IV : teraba 4/5 bagian, konvergen
f. tafsiran
berat janin (TBJ) : (29-11) x 155 = 2790gram
3. AUSKULTASI
a. DJJ :
+
b. Tempat :
terdenggar jelas dibawah pusat sebelah kiri ibu
c. Frekuensi : 134
x/menit, teratur
4. PEMERIKSAAN DALAM
a. Dinding
vagina : tidak ada
benjolan
b. Portio : tipis,
c. pembukaan : 2 cm
d. Ketuban : tidak ada
e. Presentasi : kepala
f. Posisi :
UUK kiri melintang
g. Penurunan : hodge I,
4/5
5. PERKUSI
Reflex patella : +/+ kiri/kanan
D. DATA
PENUNJANG
Pemeriksaanlaboratorium
Darah : HB : 11 gr% gol.darah :
B
Urine protein : (-) reduksi
: (-)
II. INTERPRETASI
DATA
1. Diagnose
Ibu G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini
Data Subjektif
- Ibu mengatakan ini kehamilan yang
pertama,
- HPHT 07-03-2013
Data Objektif
- pembukaan 2 cm
- ketuban pecah.
- Janin hidup,tunggal, intrauterine,
presentasi kepala terdengar jelas DJJ 134 x/menit,
dan teraba 3 bagian besar janin.
III. MASALAH
POTENSIAL :
Infeksi, gawat janin.
IV. KEBUTUHAN
TINDAKAN SEGERA :
Kolaborasi dengan dokter spOg
V. RENCANA
:
1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
2. Anjurkan ibu untuk tirah
baring dengan posisi kaki lebih tinggi daripadakepala.
3. Berikan terapi obat ampisilin/amoxilin atas anjuran dokter
4. Beritahu Ibu
akan dilakukan induksi
5. Lakukan
induksi oksitosin 1 ampul atas anjuran dokter
6. Laporkan setiap perkembangan kepada dokter
7. Persiapan
alat
8. Observasi
DJJ,HIS, nadi setiap 30 menit, dan TD,suhu, periksa dalam 4 jam kemudian
VI. TINDAKAN
PELAKSANAAN :
1.
Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwakehamilan ibu
berumur 39 minggu,
ketuban sudah tidak ada
2. Menganjurkan ibu untuk tirah
baring dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala
3. Memberikan ibu terapi obat amoxilin atas anjuran dokter
4. Memberitahukan
Ibu akan dilakukan induksi
5. Melakukan
induksi oksitosin 1 ampul setiap 1 jam dinaikkan 4 tetes
6. Melaporkan setiap perkembangan kepada dokter
7. Mempersiapkan
alat
8. Mengobservasi
DJJ,HIS, nadi setiap 30 menit, dan TD,suhu, periksa dalam 4 jam kemudian
VII. EVALUASI
1. Ibu dan
keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu bersedia
untuk tidur dengan kaki lebih tinggi dari kepala
3. Ibu bersedia
untuk meminun obat sesuai anjuran dokter
4. Induksi sudah
dilakukan
5. Dokter
mengetahui setiap pekembangan ibu dan janin.
6. Alat
sudah disiapkan.
7. Hasil
observasi DJJ 140 x/menit, HIS 3 kali dalam 10 menit lamanya 45 menit, nadi 80 x/menit, TD 120/80 mmHg, suhu 36,5 ºC,
Pukul
22.00 pembukaan 4 cm, portio menipis, ketuban (-),preskep, UUK kiri depan,Hodge
II
Pukul
23.00 pembukaan 8-9 cm, portio menipis, ketuban (-), preskep, UUK kiri depan,
Hodge III
KALA II (pukul
23.15 wib)
S :Ibu mengatakan mulas semakin sering dan ibu ingin meneran
O : keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/m
Respirasi : 20x/m
Suhu : 36,5°C
His : 5x/10menit
lamaya 45 detik
Djj : 145x/menit puki,
teratur
Pemeriksaan dalam :
dinding vagina : tidak ada kelainan
Portio : tidak teraba
Pembukaan : lengkap
Ketuban : -
Presentasi : kepala
Posisi : UUK kiri depan
Penurunan : H IV
A :Ibu G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala II
Data Subjektif
- ibu mengatakan hamil pertama
- HPHT tanggal 07-03-2013
- Ibu
mengatakan nyeri semakin kuat dan sering
Data Objektif
- VT
pembukaan lengkap
- Portio
tidak teraba
- Ketuban
(-)
- UUK
kiri depan
- Hodge
IV
P :
- Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu
- Hadirkan pendamping
- Dekatkan alat partus set
- Pakai APD
- Pimpin persalinan sesuai anjuran dokter
Bayi lahir pukul 23.55wib jenis kelamin perempuan,menangis kuat,warna kemerahan, gerakan aktif.
- Keringkan
dan hangatkan bayi
Kala III (pukul
00.10 wib)
S : Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya dan ibu
tidak merasa mules
O : keadaan umum : baik
Kesadaran
: compos
mentis
TFU :sepusat
Kontraksi :tidak baik
Kandung kemih : kosong
Tidak ditemukan janin kedua
A : Ibu P1A0 partus kala III dengan retensio plasenta
P :
- Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu.
- Memastikan lagi bahwa tidak ada janin ke dua
- Melakukan manajement aktif kala III
- Memberikan injeksi oksitosi 10 iu pada 1/3 paha bagian
luar.
- Melakukan penegangan tali pusat terkendali : Plasenta
belum lahir (01.10 WIB)
- Injeksi aksotosin ke 2 (10 IU) IM
- Melakukan penegangan tali pusan terkendali sambil
masase fundus uteri oleh dokter kandungan.
- Melakukan manual plasenta:
Plasenta lahir lengkap, pukul 01.20 wib - Melakukan masase fundus uteri 15 kali selama 15 detik
setelah plasenta lahir : kontraksi uterus baik.
- Melakukan injeksi methergin 0,2 mg (IM).
- Memeriksa kelegkapan plasenta :
a.plasenta lengkap dan segar.
b.Panjang : 20 cm
c.Lebar : 18 cm
d.Tebal : 2 cm
e.Berat : 400 gr
f.Insersi tali pusan : marginalis
g.Panjang tali pusat: 50 cm - memeriksa laserasi jalan lahir : perinium rufture
derajad I.
- mengobservasi perdarahan, TFU, kontraksi uterus, dan
kandung kemih selama 2 jam setelah melahirkan.
Kala IV (pukul
01.30 wib)
S : Ibu masih merasakan nyeri pada perutnya.
O : keadaan umum :
baik
Kesadaran : compos mentis
TTV TD : 120/80
mmHg
Nadi : 88x/m
Respirasi : 18x/m
S : 37°C
Kontraksi :
Baik
TFU : 3 jari dibawah pusat
Kandung kemih :Kosong
A : ibu P2A0 partus kala IV
P :
- Informasikan pemeriksaan kepada ibu
- Melakukan
IMD
- Membuat
ibu merasa nyaman dengan membersihkan ibu dengan air DTT, memakaikan ibu
pembalut, dan mengganti pakaian ibu
- Merendam
alat-alat kelarutan klorin
- Membersihkan
APD, mencuci tangan dan melepas APD
- Mengucapkan
selamat kepada ibu dan keluarga
- Observasi
kontrasi, TFU, TTV, kandung kemih, perdarahan setiap 15 menit pertama, dan
setiap 30 menit kedua
- memberitahukan
kepada ibu tanda –tanda bahaya setelah persalinan seperti perdarah yang
berlebihan, sakit kepala yang berlebihan, kontraksi uterus lemah
- melakukan
antopometri pada bayi, hasil BB 2750 gram, PB 46 cm
- penyuntikan
vit k, dan 1 jam kemudian hepatitis B
BAB IV
PEMBAHASAN
Ketuban
pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan
, dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia
karena kompresi tali pusat, deformitas janin, retensio plasneta,meningkatnya
insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurus sesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan beratkorioamnionitis.
B. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kebidanan.Jakarta.Bina
Pustaka.2008
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. 2003. Jakarta: YBP-SP.
Gede, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB. Manuaba DSOD. EGD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar